Surya baru selesai mencukur jembutnya. Rasanya ringan dan seksi. Surya memang lebih suka penisnya bersih dari bulu-bulu, dan dia selalu mencukur bersih jembutnya. Dengan kontol yang klimis tanpa bulu, dia juga merasa lebih nikmat kalau ngentot. Malam nanti Surya ada acara ngentot ramai-ramai, makanya dia sudah siap-siap merapikan diri termasuk ritual cukur jembut. Surya memang sudah tidak sabar menanti malam tiba, karena orgi itu sudah disiapkan sejak dua bulan lalu. Yang istimewa dari ngentot bareng itu adalah para peserta sudah dipilihnya sendiri.
Yang pertama adalah Supri suir bajaj asal Cilacap yang “ditemukannya” dua bulan lalu. Supri yang berusia 22 tahun itu berkulit gelap, tapi wajahnya manis dengan hidung mancung dan bibir tipis.
Surya sudah pernah ngentot dengan Supri yang waktu itu belum pernah melakukan hubungan seks dengan cowok. Berkat kegigihannya melakukan pendekatan, akhirnya Surya berhasil menaklukan Supri.
Dalam waktu sebulan, Supri diubah menjadi cowok perlente. Sebelumnya, seperti kebanyakan supir bajaj di Jakarta, Supri termasuk pekerja keras. Dari pagi sampai malam dia cari penumpang untuk menyambung hidup. Kadang dia tidur di dalam bajajnya lewat tengah malam hingga dini hari dan lalu mulai bekerja lagi hingga terbiasa jarang mandi. Semua penghasilanya hanya untuk bertahan hidup dan kalau ada lebih dia tabungkan.
Supri sudah terbiasa dengan kerasnya hidup di Jakarta sejak datang di ibukota dua tahun lalu. Hingga akhirnya dia kenal Surya yang pernah menjadi penumpangnya di suatu malam. Sejak itu Surya sering mencarinya dan mereka kemudian dekat.
Surya yang seorang manajer di sebuah bank asing pertama kali tidak sengaja melihat Supri di dekat kantornya. Surya lalu meninggalkan mobilnya di parkir kantor dan lalu mendekati dan meminta Supri mengantarnya pulang serta menjemputnya keesokan paginya.
Dalam seminggu hubungan mereka dekat. Surya mengubah penampilan Supri menjadi lebih tampan. Dari seorang supir bajaj yang dekil dan bau serta rambut awut-awutan, sekarang Supri tampil beda. Kulitnya memang gelap, tapi jauh lebih bersih. Supri sudah beberapa kali diajak berenang dan mencoba sauna serta jacuzzi oleh Surya.
Tidak itu saja, Surya juga mengajak Supri ke dokter dan dokter gigi untuk mengecek kesehatannya. Untungnya Supri tidak berpenyakitan, giginya pun sehat kecuali ada sedikit lubang yang sudah ditambal.
Jadilah Surya merasa aman untuk berhubungan seks dengan Supri. Kencan dan ngentot pertama mereka dilakukan dengan penuh hasrat. Meski Supri baru pertama melakukannya dengan cowok, tapi dia bisa melayani Surya dengan panas.
“Supri, saya mau ngentot ramai-ramai, bagaimana kalau kamu ajak tiga atau empat teman kamu?” kata Surya suatu hari.
“Hah… bagaimana caranya?
“Yah ajak saja teman kamu, nanti saya yang lanjutkan. Yang penting harus ada orangnya dulu ya.”
Supri berhasil mengajak empat temannya. Untungnya mereka tidak jelek-jelek banget. Yah sedikit banyak Supri sudah tau selera Surya, jadi dia mengajak teman-teman yang badannya tidak terlalu kurus dan berwajah lumayan.
Keempat orang ini berprofesi macam-macam, ada supir supir bajaj seperti Supri, ada supir ojeg, ada pengangguran yang biasa jadi joki three-in-one, ada kuli pasar dan pemulung. Mereka semua menjalani pengecekan kesehatan juga. Surya memang harus yakin bahwa semua orang yang akan diajaknya ngentot memang sehat. Mulai dari tes hepatitis dan HIV sampai cek selangkangan bebas dari jamur, semua sudah dilakukan. Mereka lalu belajar merawat diri dengan benar hingga bebas bau badan dan bau mulut. Rambut mereka juga sudah beberapa kali di-creambath di salon supaya lembut dan wangi.
Malam itu Supri dan keempat temannya sudah siap ngentot ramai-ramai dengan Surya.
Di kamar dengan ranjang besar yang sudah disiapkan, keenam cowok itu sudah telanjang dan mulai merenggut nikmat dunia.
Surya yang sudah terbakar birahi bergantian berciuman dengan Supri dan keempat temannya.
Ciuman Surya sungguh dahsyat membuat cowok-cowok itu semakin terangsang. Ternyata baik Supri maupun teman-temannya juga sangat lihai dalam berciuman.
Surya sungguh puas malam itu. Kontolnya dihisap oleh Supri, sementara itu ada dua cowok lain yang menjilati pentilnya yang terus melenting karena napsu. Pentil kiri dan kanan dijilat dan dihisap bersamaan oleh dua cowok berbeda, sehingga sensasinya sangat menggairahkan sekali.
Satu cowok lain yang dengan sigap memainkan lubang pantat Surya hingga dia menahan napas dan terengah-engah. Kadang lubang pantatnta dijilat dan dimasukkan jari pelicin ludah.
“Arghhhh arghhhh….. ohhhh gila enak banget…. Ahhhhh….” Surya benar-benar melayang layang karena keenakan.
Masih ada satu orang lagi yang kadang memberinya ciuman panas. Lidah mereka bermain dan berpagut sementara Surya menahan jeritan karena kontolnya dihisap oleh Supri.
“Ohhhh saya sudah tidak tahan lagi….. ahhhhhhhhhhhhhhh,” kata Surya, dengan tubuh bergetar-getar.
“Cret.. cret.. crett…”, muncrat sudah sperma Surya.
Kemudian Supri dan keempat temannya saling mengocok dan menjilat kontol. Di antara mereka juga saling ngentot bergantian.
“Ohh.. ohhh ohh…. aku mau keluar.. ,” kata Supri.
Hampir bersamaan, cowok-cowok itu menyemprotan spermanya. “Crot…crot crot…”
Semprotan seperma cowok-cowok itu begitu deras dan banyak, hingga bau pejuh menyeruak ke seluruh kamar.
Setelah membersihkan diri, ke enam cowok itu rebah dan saling tindih. Mereka berpelukan hingga tertidur.
Home » Archives for June 2012
Menganjurkan Pesta Sex(Indon)
Penangan Ilmu Pengasih (Indon)
Ezad pulang tampak letih sekali. Sesekali ia menyibakkan rambut ikalnya yang menempel di dahinya. Wajah turkinya sangat kentara sekali. Dengan tinggi badan 175, ia kelihatan macho dan atletis. Ia segera memasuki kamar dan merebahkan tubuhnya ke kasur yang empuk. AC kamar terasa menyejukkan. Beberapa kali Ezad menarik nafasnya dan mengeluarkannya secara perlahan-lahan. Jam dinding telah menunjukkan pukul 21.00. Setelah sejenak membaringkan tubuhnya ke kasur, kemudian ia bangkit menuju kulkas yang memang tersedia di kamarnya. Perutnya sangat lapar. Di kulkas hanya ada apel dan beberapa snack. Lumayan untuk menghilangkan laparnya. Entah mengapa, beberapa hari ini ia merasakan gelisah tak menentu. Ia tak mampu membaca keinginan hatinya. Ada rasa kesepian yang sangat menyengat. Kesibukan kantornya tak mampu menghilangkan perasaan itu. Sehingga di depan komputer ia lebih banyak menghabiskan waktu membuka internet. Kemarin, tanpa sengaja ia membuka situs yang menampilkan tubuh kekar yang bugil dengan memamerkan kejantanan yang besar dan panjangnya di atas rata-rata. Melihat tampilan itu, ada sesuatu yang berubah. Aliran darahnya berdesir dari kepala, hingga desiran aliran itu terasa di kepunyaannya, yang mengakibatkan lambat laun namun pasti, kepunyaannya menegang dan membesar, hingga tampak urat-urat menyembul di batangnya yang panjang 21cm. Ezad tak mengerti sama sekali. Matanya tak mampu beralih ke arah lain. Tampilan situs itu membuatnya gelisah sendiri. Rasa penasaran dan keingintahuannya lebih besar, sehingga jarinya yang panjang mengklik salah satu gambar. Dan hasilnya membuat detak jantungnya tak beraturan. Di depan layar komputernya menampilkan seorang lelaki tampan sedang memasukkan penisnya yang panjang ke lubang anus lelaki tampan yang lainnya. Ezad merasakan kepunyaannya semakin menegang, yang mengakibatkan tampak menyembul di balik celana katunnya. ”Tok…tok…!!”Pintu kamar diketuk. Lamunannya buyar seketika. Ezad menarik nafas berat. Kepalanya tiba-tiba saja berdenyut. ”Tuan…, makan malam telah disediakan…,”suara Mbok Min menyadarkan dirinya. ”Sebentar, mbok…!!”Ezad membuka baju kemejanya. Tubuhnya berkeringat, sehingga mengundang bau yang tak sedap. Ia bergerak mengambil handuk dan melangkahkan kakinya menuju ke kamar mandi. Ezad membuka singlet dan celana yang ia pakai. Ia sangat mengagumi tubuhnya yang atletis dan berotot itu. Hingga bentuk tubuhnya kelihatan gagah. Tiba-tiba mata besarnya dengan tajam memandang sembulan di balik Celana Dalamnya ( CD ) yang berwarna putih itu. Selama ini ia tak begitu memperhatikan barang miliknya itu. Perlahan-lahan tangan kekarnya mulai mengelus dan mengusap sembulan itu dengan penuh perasaan. ”Aahhh….,”ada desiran indah mengalir ke seluruh tubuhnya. Kenikmatan yang belum pernah ia alami sebelumnya. Tangannya tak berhenti mengusap dan mengelus benda miliknya yang terasa berdenyut-denyut. Seperti ada kehidupan di sana. Ezad melorotkan CDnya, hingga tak ada penghalang bagi matanya untuk melihat sesuatu yang besar dan panjang menggantung di antara kedua pahanya yang sexy. Panjangnya bisa mencapai 21 cm. Ada rasa kagum di hati Ezad melihat penisnya yang besar dan panjang itu. Kepala penisnya lebih menyerupai helm, dengan lubang penis yang kecil namun sangatlah indah. Di pangkal batang penisnya tumbuh bulu yang lebat. Ezad memang tak pernah mencukur bulu itu. Ia terlalu sibuk dengan urusan kantornya. Malam ini adalah malam yang sangat berbeda dari sebelumnya. Ia lebih memperhatikan penisnya yang terabaikan. Tangannya mulai mengelus dan mengusap benda yang merupakan kebanggaan sebagai lelaki. Terasa lembut dan mampu menggetarkan sukma. Ezad menikmati elusan tangannya yang memberikan sensasi luar biasa. Sentuhan tangan ke batang penisnya seakan mengandung energi yang luar biasa. ”Aaahh….uuuh….,”Ezad mendesis kenikmatan. Bayangan tentang gambar lelaki bugil yang ia lihat di internet membayangi pelupuk matanya. Gelora birahinya kian memuncak menggetarkan seluruh tubuhnya. Ezaz mengusap penisnya semakin cepat beriringan dengan detak jantungnya. ”Oohhh….auuhh….nikmaat !!”Bibir tipisnya mendesis mengeracau. Ada sesuatu yang akan dimuntahkan melalui lubang penisnya yang kecil itu. Badai kenikmatan akan menghempaskan hasrat nuraninya. Nafsu telah mencapai ubun-uibun bagai ingin memuntahkan lahar. ”Crooot…creeet…,”lahar kenikmatan memuncrat menyembur membasahi tangan dan pahanya. Kental dan kelihatan keputihan. Ada senyum kepuasan di wajah tampan Ezad. Ini pertama kali ia melakukan hal itu. Rasa senang tak mampu terlukiskan. Wajah kusutnya tadi kini berubah menjadi ceria. Dengan bersiul-siul kecil, air mengguyur ke seluruh tubuhnya. Dingin dan segar membuat Ezad ingin berlama-lama di kamar mandi. Sekali-kali ia lihat penisnya yang berangsur loyo. Ia tersenyum puas. Ternyata ia membutuhkan semua itu di antara ke sibukannya. *****
”Di malam jum’at kamu harus membuat ramuan…,”Mbah Prayitno, begitu orang memanggilnya, tersenyum pada Ezad yang tertegun menunggu kelanjutan penjelasannya. Ezad, pemuda tampan itu ingin sekali dapat menikmati khayalannya menjadi kenyataan. Melalui internet, ia mendapat alamat Mbah Prayitno yang terkenal dengan ilmu aji penagsihannya. ”Ramuan apa, Mbah ?”tanya Ezad tak sabaran. ”Ramuan itu terdiri dari cairan kental spermamu yang dicampur dengan beberapa helai bulu penismu yang sebelumnya dibakar dan ditumbuk halus. Ramuan itu kamu campurkan ke dalam minuman atau makanan yang harus dimakan atau diminum oleh orang yang akan menjadi sasaranmu. Tapi sebelumnya, ramuan itu harus dibacakan mantra ini,”Mbah Prayitno menyerahkan secarik kertas yang telah bertuliskan mantra aji pengasihan. ”Apakah sasarannya bisa lelaki atau perempuan ?”tanya Ezad perlahan sambil menerima secarik kertas itu. ”Lelaki atau perempuan yang meminum ramuan itu akan terbakar birahi melihatmu. Dan belum terpuaskan sebelum dapat menikmati kegagahanmu,”Mbah Prayitno tersenyum dengan mengelus-elus jenggotnya. ”Benarkah ? ”Kamu bisa membuktikannya. Kamu bisa menginginkannya kapan saja kamu mau. Apabila ia telah meminum ramuan itu, maka bila kamu menginginkannya, maka sebutlah namanya tiga kali ketika bertemu dengannya….. ”Terimakasih, Mbah… ”Percayalah, ramuan yang aku beri nama aji birahi sukma itu akan sangat manjur. Kamu boleh mencobanya… Betapa senangnya hati Ezad. Ia akan menjadikan mimpi dan khayalannya menjadi kenyataan. Ia ingin merasakan bagaimana nikmatnya mengentot lubang anus dan menghisap penis lelaki yang disukainya. ”Berapa yang harus aku bayar, Mbah ? ”Tidak terlalu mahal. Hanya Tiga Juta Rupiah…. Ezad membuat cek senilai tiga juta dan menyerahkannya pada Mbah Prayitno. ”Cek ini bisa cair, kalau ternyata mantra ini manjur…,”ujar Ezad. ”Jangan khawatir anak muda…
*****
Gio Perkasa dengan ceria menyebarkan undangan pernikahannya. Seminggu lagi ia akan mengakhiri masa lajangnya. Wajah tampannya itu memancarkan kharisma tersendiri. ”Selamat ya Gio… ”Makasih… ”Akhirnya kamu bakal jadi pengantin juga…. Berbagai olokan dan komentar teman-temannya, membuat Gio tersipu malu. Senyumnya memang sangat menawan dengan bibir tipis yang sangat serasi dengan wajah tampannya. Tinggal satu undangan lagi yang belum ia sampaikan. Undangan spesial dan istimewa untuk direktur perusahaan di mana ia bekerja selama satu tahun berjalan ini. Pak Ezad Samir, direktur mudanya yang masih turunan Turki itu. Ia mengenal Direkturnya itu dingin, dan jarang tersenyum. Wibawa terpancar dari wajah tampan direkturnya itu. Gio, perlahan-lahan mengetuk pintu ruang kerja Direkturnya itu. Ia memang jarang berinteraksi langsung dengan Pak Ezad. Yang ia tahu lelaki itu tegas dan dingin dalam bersikap. ”Tok…tok…,”Gio mengetuk pintu itu perlahan-lahan. Pintu itu terkuak tak terkunci. ”Masuk…,”Suara bariton yang datar menyambut ketukan pintu itu. Gio melihat, direktur mudanya itu sedang sibuk dengan laptopnya. ”Selamat pagi, Pak…. Ezad terhenti dengan kesibukannya di depan laptop. Ia tak tahu, kenapa suara itu mampu menghentikan kegiatannya. Kepalanya terdongak dan melihat siapa pemilik suara itu. Ezad terkesima seketika. Pemuda tampan berdiri di hadapannya dengan penampilan yang rapih. Ezad tergetar melihat pemuda yang jarang ia lihat itu. Aliran darahnya berdesir hingga membawa ke alam khayalannya. ”Duduklah…!!”Kaku Ezad mengeluarkan kata-kata itu. Matanya berusaha kembali ke layar laptop, untuk mengurangi kegelisahan hatinya. ”Bapak mungkin tak terlalu mengenali saya. Nama saya Gio Perkasa. Sudah satu tahun berjalan bekerja di perusahaan Bapak,”ujar Gio memperkenalkan. Ezad kembali memandang pemuda di depannya itu. Sangat menarik, dan mampu membawanya ke dunia khayalannya selama ini. ”Di bagian apa ?”Akhirnya Ezad mengeluarkan suara baritonnya yang dibuat seramah mungkin. Namun, tetap terdengar dingin dan kaku. Gio sendiri akhirnya membenarkan cerita rekan-rekan kerjanya tentang dinginnya sikap direktur muda yang tampan ini. ”Di bagian Administrasi Produksi, Pak… ”Aku ke sini, untuk menyampaikan undangan pernikahanku,”ujaar Gio kemudian. Ia tak ingin berlama-lama di ruang kerja Pak Ezad. Apalagi suasana dingin dan kaku membuatnya tak betah. ”Undangan ??”Gemetar bibir Ezad mengeluarkan kata-kata itu. Khayalannya sirna. Ezad berusaha untuk mengatur detak jantungnya yang seakan ingin meledak-ledak, karena kekecewaan. ”Insya Allah, seminggu lagi aku akan menikah, pak. Mohon do’anya… ”Terimakasih. Silahkan kembali ke ruang kerja anda….,”nada bicara Ezad hambar. Benar-benar terkesan dingin. Gio memberi salam, dan membalikkan tubuhnya. Ezad melihat betapa indahnya pantat Gio yang tampak padat berisi. Hadirnya Gio yang hanya sesaat, membuat kesan tersendiri. Betapa ia selama ini disibukkan oleh aktifitasnya, sehingga tak tahu bahwa ada karyawannya yang begitu mempesona. Ia memegang undangan itu dan melihat foto Gio yang terpampang dengan senyum yang menawan. ”Terlambatkah aku ?? Ia sangat menarik hatiku. Tampan dan sexy…,”guman Ezad. Ia tak boleh terlambat. Ia tak ingin khayalannya, hanya sekedar khayalan belaka. Ia tak ingin batinnya tersiksa dengan hanya melihat gambar-gambar dari internet yang sangat menggoda kelaki-lakiannya. Ezad menekan beberapa angka telepon yang di atas mejanya. ”Ibu Dewi, bawa curicullum vitae karyawan yang bernama Gio Perkasa sekarang juga…,”Hanya kata-kata itu yang keluar dari bibirnya. Ezad menggerutu sendiri, dengan sikap gelisahnya itu. Menunggu Ibu Dewi, sangat melelahkan.
*****
Gio tercenung sambil memegang HP genggamnya. Baru saja ia menerima telepon dari Pak Ezad, agar ia malam ini datang ke rumahnya. ”Ada apa ya ? Apakah sikap ku tadi membuatnya tersinggung ? Gio tak mampu menjawab semua pertanyaan yang berkecamuk di otaknya. Seorang direktur yang terkenal dingin dan kaku, mengundangnya ke rumahnya. Padahal, baru tadi pagi ia terlibat komunikasi langsung dengan Direktur muda itu. Gio tak mau ambil pusing. Ia berprasangka baik saja dengan sikap Pak Ezad yang menurutnya sangat susah di mengerti. Malam ini ia tak ada pilihan lain untuk datang ke rumah Pak Ezad. Ia harus menghormati direkturnya itu. Mungkin ini adalah awal kedekatannya dengan Pak Ezad. Tepat pukul 20.00, Gio telah sampai di depan rumah Pak Ezad. Rumah yang sangat mewah dan besar. Banyak pohon dan tanaman hias, membuat siapa saja yang datang terasa sejuk dan adem. ”Teeeeeeet….,”Gio menekan bel. Selang beberap menit, seorang lelaki setengah baya, tergopoh-gopoh membuka pintu pagar. ”Den Gio ??”tanya lelaki setengah baya itu dengan hormat. ”Benar Pak… ”Sudah ditunggu Tuan dari tadi…,”ujar lelaki itu dengan senyum-senyum. ”Silahkan masuk Den… Gio melangkahkan kaki mengikuti langkah lelaki yang diperkirakan adalah orang yang bekerja di rumah Ezad. ”Tuan, Den Gio sudah datang…,”ujar lelaki yang mengaku bernama Mang Upon melalui telepon intercom. ”Aku di atas… Mang Upon mengajakku ke lantai atas. Rumah dengan interior yang sangat menarik dan indah. Ukiran kayu jati yang dipernis mengkilap menjadi penyangga kiri dan kanan tangga sebagai pegangan. Gio melihat, Ezad duduk di teras lantai atas dengan kursi goyang, sambil membaca koran. Rambut ikal Ezad tampak hitam pekat dan mengkilap terpantul oleh sinar lampu. Tampak gagah ! ”Tinggalkan kami berdua, Mang… ”Baik, Tuan… Setelah Mang Upon berlalu, Gio dipersilahkan duduk. Di meja kecil, telah tersedia makanan kecil dan dua gelas juice alpukat. Hening beberapa saat. Pak Ezad masih membaca koran. ”Maaf Pak, ada apa gerangan sehingga Bapak mengundangku kemari ?”tanya Gio yang berusaha mencairkan suasana. Ezad tampak menarik nafas, sambil meletakkan koran yang ia baca ke atas meja. ”Cicipi dulu hidangan alakadarnya,”suara Ezad masih kaku. Ezad mengutuki dirinya yang memang tak pandai merangkai kata. Ia memang tipe orang yang banyak diam dan sedikit bicara. ”Terimakasih…,”Gio menyeruput juice alpukat yang telah disediakan. Ezad melirik melihat betapa Gia menikmati juice yang telah dicampur dengan ramuan sperma dan bulu penisnya. Ada keraguan di hati Ezad, akan kemanjuran ramuan yang ia dapat dari Mbah Prayitno. Ia melakukan itu, karena ia tertarik dengan wajah dan fisik Gio yang sangat menggoda hatinya. Ia tak ingin selalu larut hanya dengan impian dan khayalan. Ini adalah saatnya ia menikmati impiannya itu menjadi kenyataan. Sosok Gio yang tampan dengan kharisma yang mempesona telah membuatnya ingin merasakan kehagatan dan getaran dari tubuh atletis Gio. Ia tak peduli, jika karyawannya itu akan menikah. Ia tak peduli itu ! Melihat sosok Gio, membuat birahinya berkobar dan menyala-nyala. ”Aku hanya menginginkan teman bicara,”ujar Ezad sambil melirik Gio yang masih tampak tenang. Belum ada reaksi. Menurut Mbah Prayitno, setelah beberapa menit meminum ramuan aji birahi sukma” maka akan ada reaksi, yakni tampak gelisah tak menentu. Gio tak mengerti, kenapa ia suara bariton Ezad sangat menarik tak seperti biasanya. Wajah tampan milik direkturnya itu membuat getar aneh dalam dirinya. Gio ingin memberontak, namun makin lama terasa ia ingin mendekap tubuh kekar milik Ezad. Penisnya perlahan-lahan menegang. Ada desiran indah terasa lembut. ”Ada apa dengan ku ? Ohh….Pak Ezad…,”desis Gio tanpa suara. Melihat gelagat itu, Ezad mendekati Gio perlahan. Tangan kekarnya merengkuh pundak Gio dan mengajak karyawannya untuk masuk. Gio memejamkan matanya. Rengkuhan itu terasa indah. Belum pernah ia merasakan getaran indah seperti ini. Apalagi ia merasakan tangan kekar itu mulai menyentuh buah pantatnya, kemudia melingkar di pinggang. ”Kamu tampan…,”bisik Ezad mulai beraksi. Ia merasa yakin, ramuan itu mulai membuat gairah birahi Gio terusik. “Pak Ezad…,”Gio menatap mata elang Ezad. Senyum tersungging indah melenakan. Senyum Ezad sungguh menggodanya. Gio semakin tak mengerti, hasratnya menggebu-gebu ingin dikecup oleh Ezad. ”Kita ke kamar. Menginaplah malam ini,”ajak Ezad. Pintu kamar segera dikunci. Ezad mulai memeluk Gio dengan erat. Walau masih terasa kaku. Ada kedamaian dalam dekapan Ezad. Gio tak mampu menepis perasaan itu. Ia sangat mengharapkan Ezad mengecup bibirnya. Gejolak birahi Gio menuntut agar segera dilampiaskan. Ia bagaikan orang yang dahaga yang sangat membutuhkan air walau hanya setetes. Ezad tersungging. Ada kebanggaan yang tak mampu diungkapkan dengan kata-kata. Ini bukan mimpi. Ini bukan khayalan. Namun kenyataan yang telah lama dinanti-nantikan. Dengan perlahan, Ezad mendekatkan bibirnya ke bibir tipis milik Gio. Sentuhan pertama yang menggetarkan, yang mampu menggoncangkan selurh urat nadi. Ini untuk pertama kali Ezad melakukan hal itu. Tangannya meraba-raba punggung Gio, kemudian turun meremas kedua belah buah pantat Gio yang empuk dan kenyal. Sebaliknya Gio menyambut kecupan Ezad dan keduanya saling melumat. Lidah keduanya menari-nari mengikuti irama birahi yang tak terkendalikan lagi. Deru nafas keduanya memenuhi ruangan itu bagai deru mesin. Tanpa sengaja tangan Gio menyentuh sesuatu yang menyembul di balik celana Ezad. Keras dan kenyal. Sentuhan itu membuat desiran indah dari ubun-ubun hingga mengalir penuh kenikmatan dan berkumpul di satu titik di kemaluannya yang mengakibatkan benda yang bagai pisang ambon itu berdenyut-denyut mengeras. Ezad merasakan hal itu, sehingga ia semakin erat memeluk Gio, hingga benda yang menyembul di balik celana masing-masing saling bergesek. Indah dan nikmat tiada tara. ”Ahhh…Pak Ezad….a..aku…ah…,”Gio tak mampu melukiskan perasaannya. Ingin menolak, namun kenikmatan yang ia rasakan dalam pelukan Ezad membuat ia lupa, bahwa sesungguhnya itu bukan keinginan nuraninya. Tanpa banyak kata, satu per satu kancing kemeja Gio dilepaskan. Birahi telah membuat keduanya asyik masyuk. Satu persatu pakaian yang melekat di badan kekar keduanya berjatuhan di lantai. Tak terkecuali celana dalam pun lepas membiarkan penis keduanya bebas bertemu. Penis itu saling bergesekan satu sama lain. Persentuhan kulit menimbulkan kehangatan yang menggairahkan. Ezad tak henti-henti mengecup dan melumat bibir Gio sambil tangan kanan merayap ke penis Gio. Sedangkan tangan kiri meremas-remas pantat Gio yang mulus tanpa bulu. Nafsu Gio pun menuntut untuk melakukan hal yang sama. Penis Ezad lebih besar dan panjang di bandingkan dengan miliknya. Ada kenikmatan tersendiri mengelus dan menggenggam penis Ezad. Pantat sexy sang direktur tampak menggairahkan dengan bulu-bulu menghiasi hampir menutupi lubang anus milik lelaki turunan Turki itu.
*****
Tak ada kata, yang terdengar adalah deru nafas yang memburu. Inilah impian Ezad selama ini. Inilah yang dibutuhkan pemuda tampan itu. Di ajaknya Gio ke kasur, lalu keduanya berbaring dengan tubuh tanpa busana sama sekali. Suatu pemandangan yang indah penuh eksotik. Ezad menindih tubuh Gio. Dipandangnya wajah tampan Gio, lalu kembali ia kecup bibir tipis milik pemuda itu. Ezad tak ingin menyia-nyiakan waktu. Lidahnya mulai menari-nari di leher Gio, sambil memagutnya. Sebaliknya, apa yang dilakukan Ezad itu membuat Gio bagai cacing kepanasan. Menggelepar menahan rasa nikmat. ”Auuuh….aaahh… Lidah Ezad terus menari-nari menjilat leher dan terus ke dada, lalu puting susu Gio dihisap dengan lembut penuh kemesraan. Ezad semakin liar laksana srigala kelaparan. Kini lidahnya mulai menjilat daerah bawah pusar. Bulu-bulu kasar menghiasi penis Gio yang panjangnya 19 cm itu menampakkan betapa gagahnya Gio sebagai lelaki. Rangsangan semakin membuat Ezad tak sanggup lagi untuk segera mengulum dan menghisap penis Gio. ”Auuuuh…Paaak !!”Gio semakin menggelinjang kenikmatan. Ia baru pertama kali merasakan penisnya dihisap dan dikulum. Penis Gio mulai keluar masuk rongga mulut Ezad. Yang terdengar di malam itu hanyalah erangan dan rintihan kenikmatan. Ezad mulai menjilati buah pelir yang menggelantung indah di bawah batana penis Gio. Dan sebaliknya Gio tak mau tinggal diam, ia pun mulai mengambil posisi 69. Gelora membakar jiwa saat melihat penis Ezad yang besar dan panjang. Urat-urat menyembul di batang penis itu. Tanpa menyia-nyiakan waktu, Gio mulai menghisap dan mengulum penis Ezad. Siapa pun yang melihat adegan yang penuh kegairahan itu, pasti akan iri dan cemburu. Nafsu telah menghendaki agar puncak kenikmatan untuk dimulai. Kedua belah kaki Gio diangkat dan direntangkan, sehingga tampak jelas lubang anus Gio yang dihiasi oleh bulu-bulu jembut menguak penuh keindahan. Kini lidah Ezad mulai menari-nari di lubang itu. Bau khas yang membangkitkan birahi. Tak kuasa Ezad memandang keindahan itu. Ia ingin menikmati lubang itu sesegera mungkin. Diambilnya lotion dan dioleskan ke lubang anus Gio. Sebagai pelumas. Jari telunjuk Ezad mulai menelusuri lubang itu. ”Aaaaauuh !!”Gio mengerang. Ada perih, saat jari itu menari-nari di lubang anusnya. ”Aku tak tahan lagi…sayaaang !!”bisik Ezad. Penisnya yang telah dioles dengan lotion mulai diarahkan tepat ke lubang anus Gio. Dan…!! ”Aakh…sss…sakiit !!”Tubuh Gio mengejang. Ia merasakan sesuatu yang masuk ke lubang anusnya dengan paksa. Sakit dan perih. Itu yang dirasakannya saat itu. Sebaliknya erangan Gio membuat Ezad semakin bersemangat. Memang sedikit mengalami kesulitan. Karena Gio memang masih virgin. Lubang anusnya masih sempit dan butuh perjuangan yang lebih untuk dapat menerobos masuk. ”Ssss…ssaakitt…pak !!”Jerit Gio. ”Sabar, sayaang…!! Keringat membasahi tubuh kekar Ezad. Ia masih berusaha menembus keperjakaan Gio. Harus bisa !! Ia tak ingin hidup dalam kepenasaran. Ia ingin merasakan sensasi ini. ”Uuuh !! Blessss….!!”Penis Ezad yang besar dan panjang melesak masuk menerobos lubang yang masih sempit itu. ”Aaaaaaakh….sssssss…..saaaakiiit !!”Tubuh Gio menggelinjang kesakitan. Apalagi, Ezad mulai menghentak keluar masuk penisnya. ”Ooohhh….aiih…..Paaak…!! ”Gio…enaaak…nikmaat !! Sereeet…sekaliii…auuuuh !!”Ezad merasakan kenikmatan tiada tara. Ini yang selama ini yang ia inginkan. Ia membutuhkan semua ini. Sensasi yang penuh kenikmatan. Bagai memacu kuda, Ezad menggagahi Gio penuh semangat. Hentakannya semakin cepat dan kuat. Hal tersebut membuat Gio bagai cacing kepanasan. Di ruangan kamar itu yang terdengar desahan dan erangan. Setiap penis Ezad menghentak ke dalam, Gio merasakan sesuatu yang sulit untuk diungkapkan. Sakit namun ada kenikmatan tersendiri. Penis Gio sendiri menegang karena ereksi. Apalagi penisnya menyentuh perut Ezad. Dan terjadi gesekan penisnya di perut Ezad. Sambil menghentak-hentak penisnya, Ezad mendekap erat tubuh Gio, sambil memagut leher dan melumat bibir pemuda tampan itu. ”Aaakh !! Uuuuh….!! Creeeet….croooot !!”Akhirnya Gio pun mencapai klimaksnya. Gesekan penisnya dengan perut Ezad membuatnya harus segera menumpahkan cairan kenikmatanya. ”Kamu orgasme duluan…sayaaang….aaahhh !!”Ezad merasakan perutnya basah karena sperma Gio. Justeru itu ia merasakan birahinya semakin meledak-ledak. Pantatnya yang kenyal dan berisi turun-naik semakin cepat. Tiba-tiba tubuhnya menegang. Ezad merasakan saatnya ia menumpahkan spermanya. Saat seperti itu, penis Ezad melesak lebih dalam dan…..!! ”Creeeeeeeet….Croooot !!”Dari penis Ezad bermuntahan cairan kental memenuhi lubang anus Gio. ”Auuuuuh….nikmaat !!”Ezad menghempaskan tubuhnya mendekap erat tubuh Gio. Ia sengaja membiarkan penisnya berada di dalam lubang anus Gio. Tubuh keduanya lunglai. Ezad mendekap tubuh kekar Gio dengan erat. Ia merasakan karyawannya telah memberi jawaban kepenasarannya selama ini. Di tatapnya wajah tampan Gio tertidur pulas. ”Gio…aku menyukai seluruh tubuhmu….
MAIN dengan Abang Askar,Polis,PGA...
Hehehe,Topic ni memang naughty sikit..tapi saja ja nak share pengalaman MAIN dengan diorg ni..ok..pengalaman aku pertama sekali main dengan abg askar,masa tu aku belum kerja lagi..baru je lepas amik exam STPM...rasa boring duduk dekat rumah..kebetulan rumah aku tu dekat sangat dengan Kem Askar...heheh..aku xjuga berapa minta dengan abg askar ni..akan tetapi,rakan2 aku selalu cerita tentang abg2 askar ni kalau main sedapppp sangat..eheheh!diorang cakap main dengan diorg ni confirm puas...
So,i've decided tuk kenal askar2 ni...dapat kenal sorang bernama Sham...he's cute asal sarawak..muka melayu,bdan dia xlah besar,tggi sangat...dia tau apa yang aku mahu..so bila beberapa hari kenal thru phone n mms..lepas ja dia buat operasi,,dia ajak jumpa main..mmg nervous sangat pada masa tu..ahahahah!!!dia bawak dekat motel biasa ja..aku xkisah aaa janji dapat main..ehehe..so bila masuk dalam bilik...we chat..aku malu sangat..segan..yelah 1st time main dengan askar ni...dia terus baring dekat katil..masa tu aku duduk atas kerusi dekat dengan meja solek...so dia panggil n suruh baring dekat dia..ahaha!apa lagi..aku terus baring n peluk dia...best sgtttt!..pastu he kiss me...he likes to kiss..bila kiss tu lama sangat....aku pun sukat sangat kiss bibir dia..n he was a gud kisser btw..eheh...after that..both we're naked..eheheheh..and biasalah..main time!!tapi pada masa tu..lupa bawak condom so just main ringan2 je...i dah pernah beberapa kali main dengan dia..but we lost contact since dia pindah balik dekat Sarawak... :( miss him so much!!...ahaha :P it was a gud exprience for me 1st time main dengan askar ni...mmg best,puas!dunno la..as for me abg askar ni nampak sangat jantan!kelakian diorg..makes em sexy for me..ahaha,sekrg ni asalkan nampak jea abg askar yg slim muda hot...nafsu aku terus naik..lol!senang jea nak dpat askar ni..janji pandai cakap n berani..diorg ni pun just nak fun juga...besalah kerja diorg tu kan makes em flet so tension..so diorg nak juga belaian dari PLU2 ni..hehehehhe..setakat ni aku dah main dengan beberapa org askar...and 1 thing i like about army is that badan diorg bersih tau...bulu x lah tebal..diorg trim!!best sangat,,,!!puas main dengan diorg ni..so pada siapa2 yang belum cuba....cubalah..ehehe!erm setakat ni main dengan polis pernah gak...PGA pun pernha.tapi yang paling best main dengan abg askar...how about you guys????pengalaman korang?
AKU DAN AZAM
selepas makan malam azam mengajak aku lepak di hadapan air pancut berhadapan panggung yang belum siap dekorasinya. malam ini tak ramai pengunjung yang datang ke Alamanda. mungkin kerana hujan lebat yang turun sebelum senja tadi.
selepas borak-borak kosong, kami balik ke rumah. aku menghantarnya sampai ke pintu rumahnya. maklumlah dia ni suka merayau. maklumlah budak baru berusia 12 tahun. maknya selalu menelefon aku jika dia tiada di rumah.
hampir jam 12 tengah malam pintu rumahku diketuk dengan kuat. aku membuka pintu dan azam tersengih di muka pintu. "nak tidur sini malam ni, boleh?". tanpa banyak bantahan aku menyuruhnya masuk. begitulah manjanya dia dan setiap hujung minggu dia akan tidur di rumahku. bukan dia sahaja, kadang-kadang beberapa rakan sebayanya turut datang bermalam di rumahku. tidak menjadi masalah bagi orang bujang sepertiku. setidaknya ada rakan untuk berbual.
oleh kerana siang tadi banyak kerja yang aku siapkan di pejabat, maka badanku keletihan. aku bentangkan tilam di ruang tamu dan mula tidur sambil membuka sliding door bagi mendapatkan udara malam yang lebih sejuk dan segar.
entah pukul berapa, aku rasakan ada haba hangat menyaluti batangku. hangat dan sedap. perlahan tetapi mengasyikkan. aku buka mata perlahan-lahan bagi melihat siapakah yang melakukan aksi hangat tersebut di dalam kain pelikat yang ku pakai.
"azam...." panggilku perlahan...dia terhenti lalu memelukku erat sambil menangis. aku memeluknya erat ke dadaku. air mata hangatnya mengalir laju tanpa suara.
"syhhh...tak apa..cik tak marah...tapi kenapa?"..tanyaku memujuk...tapi tanpa jawapan darinya.
"dah...dah..jangan nangis lagi...." pijukku sambil menyeka air matanya...dia memelukku erat...
oleh kerana kepenatan, aku terlena. azam juga lena di atas dadaku.namun ianya tak berhenti setakat itu sahaja. menjelang subuh aku bangun untuk ke tandas. ku letakkan azam di atas tilam.
sekembalinya dari tandas, aku cuba melelapkan mata. namun kali ini azam memelukku dan aku membiarkannya sahaja. dia kembali memasuki kain pelekat yang ku pakai. bencuim batangku, menjilat, menghisap. sesekali aku tekankan kepalanya supaya batangku dapat menusuk lebih dalam. tercungap-cungap dia meminta udara.
sekelip mata sahaja aku telah dibogelkan sebagaimana dirinya. sedap yang amat apabila dia menyonyot kepala batangku. bila hampr mataku terlelap keasyikan, aku rasakan kehangatan yang ketat tidak seperti tadinya. aku membuka mata dan melihat azam duduk di atas badanku sambil mengacukan batangku ke lubang keramatnya. dia cuba memasukkan tetapi terlalu ketat. dia gagal. dia memelukku sambil menangis.
"tak apa...cik tak paksa....lain kali boleh cuba lagi.."
tak lama kemudian, dia melumurkan air liurnya ke batangku lalu dengan perlahan dia memasukkan kepala batangku ke lubangnya. kali ini ia berjaya. tapi setakat separuh sahaja kerana aku tak sampai hati untuk membiarkannya kesakitan. aku memeluknya di sisi.
"nak tengok dia muntah, tak?" pujukku dan dia mengangguk setuju. sesaat kemudian aku memancutkan cairan putih pekat ke dadaku.ada pancutan mengenai mukanya yang diletakkan di dadaku. dia menjilat-jilat sisa air maniku yang terkena mukanya.
"sedap rasanya cik. macam vitegen!" aku tersenyum melihatkan aksinya. kami tertidur semula.
ketika mandi, azam memintaku menyetubuhinya lagi. dia mula dapat menerima kemasukkan keseluruhan batangku walaupun berkerut-kerut wajahnya. selepas mandi, kami bersarapan dan dia balik semula ke rumahnya.
Skendal Rumah Sewa-2- (Indon)
Selama dua minggu ini Andri sudah tiga kali tidur di kamarku. Selama itu selalu berulang kejadian pertama tersebut. Namun, tidak lagi diawali dengan taruhan. Andri sudah mengerti keadaanku. Setiap dia ingin menuntaskan nafsunya, tinggal datang ke kamarku. Masih sebatas oral dan berjalan satu arah. Aku yang mengoral kontolnya yang besar itu. ——————————-
Kamar tengah akhirnya terisi. Lagi-lagi sepasang suami isteri. Uda Nasril yang berusia 36 tahun dan Uni Devita yang masih berusia 26 tahun. Mereka belum memiliki anak. Sepertinya memang belum lama menikah.
===================
Tok… tok… tok…
“Nonton apa, Mas Toro?” Kulihat Uda Nasril sudah berdiri di ambang pintu kamarku. Seperti biasa dia bertelanjang dada memamerkan beberapa tato di badannya yang tidak begitu kekar.
“Ini… lagi ngecek koleksi VCD dan DVD saya. Masih bagus apa nggak, ya? Jarang disetel, sih!” jawabku dengan suara agak bergetar. Jujur saja setiap berhadapan dengan Uda Nasril aku agak grogi. Entah mengapa, setiap orang Padang yang aku jumpai selalu memiliki sex appeal yang tinggi.
“Bokep?” tanyanya menuduh.
“Bukan!” jawabku buru-buru. Malu juga kalau ketahuan sebagai kolektor bokep. Untungnya film yang sedang kuputar adalah Mengejar Matahari.
“Nggak punya bokep?” Tanya Uda Nasril santai sambil mengambil salah satu kantung VCD-ku. Ooopps…. Jangan!
“Wuuuiiiihhhh!… Banyak juga koleksi bokepnya, Mas?!” Terlambat! Kantung yang dipegang Uda Nasril memang aku khususkan untuk film-film biru. Ada yang semi, hetero, dan kebanyakan gay…
“Se… Sebagian pu… punya teman sa… saya, Da!” jawabku terbata-bata. Malu sekali. Sudah ketahuan sebagai kolektor bokep, eh… bokep gay lagi!
“Bandung Lautan Asmara, Mahasiswa Trisakti, Kamasutra, Gladiator, …” Uda Nasril membaca satu per satu judul koleksiku. Masih aman karena VCD dan DVD gay kuletakkan di tumpukkan belakang…
“Sudah pernah nonton itu semua, Da?” tanyaku mengalihkan perhatiannya dari kepingan-kepingan di tangannya. Aku berharap dia tidak meneruskan melihat semua koleksiku sampai bagian belakang. Namun, pertanyaanku tidak dijawabnya.
“Big Cock, Supergay, 12 Inch, Asian Hole, Black Banana…” Uda Nasril berhenti membaca judul-judul film di hadapannya. Ia menoleh ke arahku dengan dahi berkernyit. Aku hanya menunduk. Malu dan takut.
“Daaa…!” suara Uni Devita terdengar dari kamarnya.
“Iyoo…” Uda Nasril menjawab. Ia letakkan kantung tersebut. Tanpa berbicara apa pun ia tinggalkan aku yang seperti maling tertangkap basah.
—————————————
Malam tahun baru. Seperti biasa, di saat manusia lain bersuka cita menyambutnya aku hanya teronggok di kamar. Pak Yayat sedang dinas luar. Bu Neneng, Uni Devita, dan Uda Nasril mungkin sudah bergabung dengan warga di RT-ku yang akan membakar ayam di lapangan. Andri mungkin sudah berkeliaran dengan teman-temannya.
Inginnya aku tidur saja. Acara televisi sudah membuat jenuh. Awal tahun 2007 masih satu setengah jam lagi.
“Om Toro!” terdengar suara Andri di depan pintu kamarku.
“Kamu nggak ikutan bakar ayam, Ndri?” tanyaku saat membukakan pintu.
“Om Toro sendiri nggak ikut?” ia balik bertanya.
“Malas, Ndri! Paling-paling jadi bahan becandaan doang…” keluhku. Ya, kalau berkumpul dengan warga lain aku selalu jadi bahan gurauan mereka. Laki-laki usia tiga puluh belum menikah padahal sudah mapan. Pasti dijodoh-jodohkan. Mereka tidak tahu perasaanku!
“Ya, udah! Andri temenin mau?” tawarnya padaku. Andri sekarang sudah memposisikan diri sebagai penghiburku. Meskipun aku tahu, ia juga memanfaatkanku.
“Kamu nggak gabung sama teman-teman kamu?” tanyaku kembali.
“Aku mau temenin Om Toro. Boleh, khan?” Andri merebahkan tubuhnya dengan tangan terlipat di belakang kepala. Refleks kuperhatikan tonjolan di selangkangannya.
“Kamu ngaceng, Ndri?” pancingku. Andri tersenyum. Ia langsung mengelus-elus selangkangannya. Menggoda.
Tanpa ragu segera kuraih pengait celananya. Kubuka sekaligus dengan CD-nya. Menyembullah batangan kekar yang sudah beberapa kali kumuluti. Kutusuk-tusukkan ujung lidahku di kedua bijinya. Ia menggelinjang kegelian. Sesekali kusapukan lidahku ke bibir anusnya. Ia langsung melonjak. Begitu seterusnya sampai ia tak sabar lagi.
“Langsung, Om! Dah nggak tahan, nih!” tangannya meraih kepalaku. Tangan lainnya mengarahkan kemaluannya ke mulutku. Dia benar-benar sudah tak tahan.
Tok… Tok… Tok…
“Siapa?” aku bertanya terkejut. Tak ada jawaban. Segera kumasukkan kontol Andri dan kurapikan celananya. Andri juga terlihat panik. Ia bersembunyi di balik pintu. Aku segera membukakan pintu. Uda Nasril!
“Koq ngedekem aja di kamar? Gabung di lapangan, yuk!” Uda Nasril tersenyum. Mudah-mudahan dia tidak tahu kalau aku bersama Andri di kamar.
“Saya ngantuk banget, Da!” dustaku.
“Mas Toro sendirian aja?” Degh! Jangan-jangan Uda Nasril tahu.
“Ee… i…iya…” Brengsek! Jelas sekali kalau aku gugup.
“Ini seperti sandal Andri!” Mati aku!
Uda Nasril mendorong pintu yang hanya kubuka separo. Aku tak tahu harus bagaimana. Uda Nasril langsung masuk. Saat hendak duduk di karpet ia berbalik dan…
“Andri?!”
Andri tertunduk. Aku juga merasakan wajahku tak teraliri darah. Gemetar.
“Kamu ngapain di sini?” Tanya Uda Nasril. Kami hanya diam.
“Mas Toro apakan Si Andri?” kali ini pandangan Uda Nasril tertuju ke arahku.
“Sss… sa… ya ti… dak… apa-apakan…” jawabku ketakutan.
“Jangan bohong!” bentaknya. Hatiku semakin berkerut.
“Kamu diapain sama homo ini, Ndri?” kali ini Uda Nasril bertanya pada Andri.
“Nggak diapa-apain, Da! Aku memang mau begadang di kamar Om Toro…” Ah, Andri pun terlihat jelas tergeragap.
“Sudah! Nggak usah bohong! Kontol kamu diisep dia, khan?” jari Uda Nasril tepat berada di hidungku. Andri mengangguk. Mampuslah aku!
“Sekarang kamu keluar! Kalau tidak, saya laporkan ke orang tua kamu nanti!” ancam Uda Nasril seraya mengusir Andri. Andri pun keluar.
“Da! Tolong hal ini dirahasiakan, ya…”pintaku pada Uda Nasril.
“Mas Toro mau kasih apa ke saya sebagai penutup mulut?” ucapannya terdengar menghina.
“Saya nggak tahu. Terserah Uda Nasril…” ujarku pasrah.
“Oke! Terserah saya, ya!?” wajahnya mendekati wajahku, “Jadikan saya sebagai pengganti Andri!” Gila! Ternyata Uda Nasril mau juga!
“Khan sudah ada Uni Devita, Da?!” ingatku.
“Belakangan ini dia sering kecapekan!” Uda Nasril lekas membuka seluruh pakaiannya. Kulihat kontolnya tak sebesar Andri meskipun lebih besar dari kontolku. Ia pun duduk sembari mengangkangkan selangkangannya.
Tit… tit… tit…
Ada SMS. Segera kuraih HP-ku. Dari andri?
OM, AQ MO GRBEK KMR OM BRG TMN2. GA SAH TKT. QTA MO NGRJAIN DA NASRIL.
Segera kuhapus pesan tersebut.
“Dari siapa?” Tanya Uda Nasril.
“Teman ngucapin selamat tahun baru” dustaku lancar.
“Buruan, yo! Nanti yang lain keburu pulang!” Tangan Uda Nasril sudah menarik kepalaku ke selangkangannya. Aku menarik kembali kepalaku.
“Saya cek dulu di luar, Da! Jangan-jangan ada orang…” Aku melongokkan kepala ke luar kamar. Pintu kututup kembali sambil pura-pura menguncinya. Ya, pura-pura!
“Bagaimana rasa kontol saya?” Tanya Uda Nasril padaku. Aku masih memaju-mundurkan bibirku.
“Kontol Uda nggak setegang Andri, ya? Kalau Andri ngacengnya kayak besi. Gede lagi!” sengaja kulontarkan perasaanku yang sebenarnya.
“Tapi Mas Toro doyan, khan?” ejeknya sambil menekan lebih keras kepalaku. Aku hampir tersedak hingga …
BRAKKK!
Daun pintu kamarku terbanting. Andri dan empat orang temannya merangsek masuk.
“Mau apa kalian?!” Uda Nasril membentak. Mereka justru memeganginya. “Heh! Apa-apaan ini?” Ia berusaha berontak. Namun, tenaga lima orang remaja badung tersebut melebihi kekuatannya. Satu orang berhasil memegangi tangan dan kaki kanannya. Adapun seorang lagi memegangi dari sebelah kiri. Satu orang memiting lehernya. Andri membuka celana dan mengeluarkan kontolnya yang besar sambil meremas-remasnya hingga tegang.
“Ndri! Kamu mau ngapain? Jangan, Ndri!” aroma ketakutan tercium dari suara serak Uda Nasril. Gila! Aku tidak menyangka Andri merencanakan balas dendamnya seperti ini.
“Uda Nasril diam saja! Nikmatin kontol saya yang gede ini! Uni Devita masih perawan, khan? Soalnya Kontol Uda Nasril nggak bisa tegang. Sekarang biar bisa tegang, saya setrum dulu pakai kontol saya. Biar ngacengnya sekeras kontol saya! Rekam, Din!” Andri mulai mengarahkan kontolnya yang sudah mengeras ke dubur Uda Nasril. Udin yang semula hanya menonton kini mengarahkan HP berkameranya ke selangkangan Uda Nasril.
“Din, jangan direkam! Tolong, Din! Jangan!!!” suara Uda Nasril terdengar mengiba. Namun, remaja-remaja itu sepertinya sudah punya skenario sendiri. Ratapan Uda Nasril tak mereka hiraukan.
“Fyuh! Sempit juga bool Uda Nasril, nih?!” Andri terus menghujamkan kontolnya. Baru bagian kepala kontolnya yang seperti jamur yang tenggelam.
“Sakit, Ndri! Sakit! Sakiiittttt!!!” Uda Nasril mulai menjerit. Udin terus merekam proses pemerkosaan Andri terhadap Uda Nasril. Aku hanya menyudut dengan campuran perasaan kasihan, nafsu, penasaran, terangsang, dan sebagainya.
“Ssst! Jangan berisik! Mau Uni Devita tahu kalau bool Uda Nasril saya entot? Hah!?” ancaman Andri membungkam mulut Uda Nasril. Namun, erangan-erangan tertahan masih terdengar samar. Yah, kontol Andri sangat besar. Apalagi buat anus Uda Nasril yang mungkin memang bukan homo.
“Arrrgghhh…. Ndri, sakit! Ssssakkiitttt…. Arrrgh!!!” erangan Uda Nasril terdengar mengencang. Andri justru mempercepat genjotan kontolnya di dubur pria bertato itu. Ditambah lagi temannya yang semula memiting leher Uda Nasril justru menjejalkan kontolnya yang hitam ke mulut Uda Nasril. Udin mengclose-up adegan tersebut. Aku merasakan kontolku ikut tegang. Seandainya aku yang terbaring di situ dan bukan Uda Nasril…
DAR! DOR!
=====================
Suara petasan dan kembang api terdengar bersahutan di luar. Suaranya yang bising beriringan dengan jeritan Uda Nasril yang diperkosa Andri dan temannya dengan kecepatan luar biasa. Aku yakin Andri melakukannya bukan karena terangsang terhadap Uda Nasril. Namun, dendam. Ya, ia tersinggung diusir dari kamarku. Padahal saat itu ia sedang sangat ingin menyalurkan libidonya.
“Oooouuuccchhh….” Andri mengerang nikmat. Ia sudah muncrat. Kontolnya tetap terhujam di anus Uda Nasril. Uda Nasril sendiri terlihat kepayahan. Ada cairan darah mengalir dari dubur perawannya. Ia pasti hancur. Tak lama kemudian teman Andri mencabut kontolnya dari mulut Uda Nasril yang tak mampu menampung lelehan pejuh remaja berkulit hitam itu.
“Sekarang pergi!” seorang teman Andri menariknya berdiri untuk kemudian menendangnya ke arah pintu. Uda Nasril terhuyung. Dengan langkah mengangkang perih tanpa pakaian ia keluar. Udin mengikutinya dengan tetap mengarahkan HP-nya ke aurat Uda Nasril. Andri dan teman-temannya yang lain tertawa puas. Aku hanya bisa menghela nafas.
Tak lama terdengar Uda Nasril muntah-muntah. Kami sendiri di kamar tertawa-tawa menyaksikan hasil rekaman Udin. Kali ini aku benar-benar terangsang!