Pages

Menganjurkan Pesta Sex(Indon)

Surya baru selesai mencukur jembutnya. Rasanya ringan dan seksi. Surya memang lebih suka penisnya bersih dari bulu-bulu, dan dia selalu mencukur bersih jembutnya. Dengan kontol yang klimis tanpa bulu, dia juga merasa lebih nikmat kalau ngentot. Malam nanti Surya ada acara ngentot ramai-ramai, makanya dia sudah siap-siap merapikan diri termasuk ritual cukur jembut. Surya memang sudah tidak sabar menanti malam tiba, karena orgi itu sudah disiapkan sejak dua bulan lalu. Yang istimewa dari ngentot bareng itu adalah para peserta sudah dipilihnya sendiri.
Yang pertama adalah Supri suir bajaj asal Cilacap yang “ditemukannya” dua bulan lalu. Supri yang berusia 22 tahun itu berkulit gelap, tapi wajahnya manis dengan hidung mancung dan bibir tipis.
Surya sudah pernah ngentot dengan Supri yang waktu itu belum pernah melakukan hubungan seks dengan cowok. Berkat kegigihannya melakukan pendekatan, akhirnya Surya berhasil menaklukan Supri.
Dalam waktu sebulan, Supri diubah menjadi cowok perlente. Sebelumnya, seperti kebanyakan supir bajaj di Jakarta, Supri termasuk pekerja keras. Dari pagi sampai malam dia cari penumpang untuk menyambung hidup. Kadang dia tidur di dalam bajajnya lewat tengah malam hingga dini hari dan lalu mulai bekerja lagi hingga terbiasa jarang mandi. Semua penghasilanya hanya untuk bertahan hidup dan kalau ada lebih dia tabungkan.
Supri sudah terbiasa dengan kerasnya hidup di Jakarta sejak datang di ibukota dua tahun lalu. Hingga akhirnya dia kenal Surya yang pernah menjadi penumpangnya di suatu malam. Sejak itu Surya sering mencarinya dan mereka kemudian dekat.
Surya yang seorang manajer di sebuah bank asing pertama kali tidak sengaja melihat Supri di dekat kantornya. Surya lalu meninggalkan mobilnya di parkir kantor dan lalu mendekati dan meminta Supri mengantarnya pulang serta menjemputnya keesokan paginya.
Dalam seminggu hubungan mereka dekat. Surya mengubah penampilan Supri menjadi lebih tampan. Dari seorang supir bajaj yang dekil dan bau serta rambut awut-awutan, sekarang Supri tampil beda. Kulitnya memang gelap, tapi jauh lebih bersih. Supri sudah beberapa kali diajak berenang dan mencoba sauna serta jacuzzi oleh Surya.
Tidak itu saja, Surya juga mengajak Supri ke dokter dan dokter gigi untuk mengecek kesehatannya. Untungnya Supri tidak berpenyakitan, giginya pun sehat kecuali ada sedikit lubang yang sudah ditambal.
Jadilah Surya merasa aman untuk berhubungan seks dengan Supri. Kencan dan ngentot pertama mereka dilakukan dengan penuh hasrat. Meski Supri baru pertama melakukannya dengan cowok, tapi dia bisa melayani Surya dengan panas.
“Supri, saya mau ngentot ramai-ramai, bagaimana kalau kamu ajak tiga atau empat teman kamu?” kata Surya suatu hari.
“Hah… bagaimana caranya?
“Yah ajak saja teman kamu, nanti saya yang lanjutkan. Yang penting harus ada orangnya dulu ya.”
Supri berhasil mengajak empat temannya. Untungnya mereka tidak jelek-jelek banget. Yah sedikit banyak Supri sudah tau selera Surya, jadi dia mengajak teman-teman yang badannya tidak terlalu kurus dan berwajah lumayan.
Keempat orang ini berprofesi macam-macam, ada supir supir bajaj seperti Supri, ada supir ojeg, ada pengangguran yang biasa jadi joki three-in-one, ada kuli pasar dan pemulung. Mereka semua menjalani pengecekan kesehatan juga. Surya memang harus yakin bahwa semua orang yang akan diajaknya ngentot memang sehat. Mulai dari tes hepatitis dan HIV sampai cek selangkangan bebas dari jamur, semua sudah dilakukan. Mereka lalu belajar merawat diri dengan benar hingga bebas bau badan dan bau mulut. Rambut mereka juga sudah beberapa kali di-creambath di salon supaya lembut dan wangi.
Malam itu Supri dan keempat temannya sudah siap ngentot ramai-ramai dengan Surya.
Di kamar dengan ranjang besar yang sudah disiapkan, keenam cowok itu sudah telanjang dan mulai merenggut nikmat dunia.
Surya yang sudah terbakar birahi bergantian berciuman dengan Supri dan keempat temannya.
Ciuman Surya sungguh dahsyat membuat cowok-cowok itu semakin terangsang. Ternyata baik Supri maupun teman-temannya juga sangat lihai dalam berciuman.
Surya sungguh puas malam itu. Kontolnya dihisap oleh Supri, sementara itu ada dua cowok lain yang menjilati pentilnya yang terus melenting karena napsu. Pentil kiri dan kanan dijilat dan dihisap bersamaan oleh dua cowok berbeda, sehingga sensasinya sangat menggairahkan sekali.
Satu cowok lain yang dengan sigap memainkan lubang pantat Surya hingga dia menahan napas dan terengah-engah. Kadang lubang pantatnta dijilat dan dimasukkan jari pelicin ludah.
“Arghhhh arghhhh….. ohhhh gila enak banget…. Ahhhhh….” Surya benar-benar melayang layang karena keenakan.
Masih ada satu orang lagi yang kadang memberinya ciuman panas. Lidah mereka bermain dan berpagut sementara Surya menahan jeritan karena kontolnya dihisap oleh Supri.
“Ohhhh saya sudah tidak tahan lagi….. ahhhhhhhhhhhhhhh,” kata Surya, dengan tubuh bergetar-getar.
“Cret.. cret.. crett…”, muncrat sudah sperma Surya.
Kemudian Supri dan keempat temannya saling mengocok dan menjilat kontol. Di antara mereka juga saling ngentot bergantian.
“Ohh.. ohhh ohh…. aku mau keluar.. ,” kata Supri.
Hampir bersamaan, cowok-cowok itu menyemprotan spermanya. “Crot…crot crot…”
Semprotan seperma cowok-cowok itu begitu deras dan banyak, hingga bau pejuh menyeruak ke seluruh kamar.
Setelah membersihkan diri, ke enam cowok itu rebah dan saling tindih. Mereka berpelukan hingga tertidur.


Penangan Ilmu Pengasih (Indon)

Ezad pulang tampak letih sekali. Sesekali ia menyibakkan rambut ikalnya yang menempel di dahinya. Wajah turkinya sangat kentara sekali. Dengan tinggi badan 175, ia kelihatan macho dan atletis. Ia segera memasuki kamar dan merebahkan tubuhnya ke kasur yang empuk. AC kamar terasa menyejukkan. Beberapa kali Ezad menarik nafasnya dan mengeluarkannya secara perlahan-lahan. Jam dinding telah menunjukkan pukul 21.00. Setelah sejenak membaringkan tubuhnya ke kasur, kemudian ia bangkit menuju kulkas yang memang tersedia di kamarnya. Perutnya sangat lapar. Di kulkas hanya ada apel dan beberapa snack. Lumayan untuk menghilangkan laparnya. Entah mengapa, beberapa hari ini ia merasakan gelisah tak menentu. Ia tak mampu membaca keinginan hatinya. Ada rasa kesepian yang sangat menyengat. Kesibukan kantornya tak mampu menghilangkan perasaan itu. Sehingga di depan komputer ia lebih banyak menghabiskan waktu membuka internet. Kemarin, tanpa sengaja ia membuka situs yang menampilkan tubuh kekar yang bugil dengan memamerkan kejantanan yang besar dan panjangnya di atas rata-rata. Melihat tampilan itu, ada sesuatu yang berubah. Aliran darahnya berdesir dari kepala, hingga desiran aliran itu terasa di kepunyaannya, yang mengakibatkan lambat laun namun pasti, kepunyaannya menegang dan membesar, hingga tampak urat-urat menyembul di batangnya yang panjang 21cm. Ezad tak mengerti sama sekali. Matanya tak mampu beralih ke arah lain. Tampilan situs itu membuatnya gelisah sendiri. Rasa penasaran dan keingintahuannya lebih besar, sehingga jarinya yang panjang mengklik salah satu gambar. Dan hasilnya membuat detak jantungnya tak beraturan. Di depan layar komputernya menampilkan seorang lelaki tampan sedang memasukkan penisnya yang panjang ke lubang anus lelaki tampan yang lainnya. Ezad merasakan kepunyaannya semakin menegang, yang mengakibatkan tampak menyembul di balik celana katunnya. ”Tok…tok…!!”Pintu kamar diketuk. Lamunannya buyar seketika. Ezad menarik nafas berat. Kepalanya tiba-tiba saja berdenyut. ”Tuan…, makan malam telah disediakan…,”suara Mbok Min menyadarkan dirinya. ”Sebentar, mbok…!!”Ezad membuka baju kemejanya. Tubuhnya berkeringat, sehingga mengundang bau yang tak sedap. Ia bergerak mengambil handuk dan melangkahkan kakinya menuju ke kamar mandi. Ezad membuka singlet dan celana yang ia pakai. Ia sangat mengagumi tubuhnya yang atletis dan berotot itu. Hingga bentuk tubuhnya kelihatan gagah. Tiba-tiba mata besarnya dengan tajam memandang sembulan di balik Celana Dalamnya ( CD ) yang berwarna putih itu. Selama ini ia tak begitu memperhatikan barang miliknya itu. Perlahan-lahan tangan kekarnya mulai mengelus dan mengusap sembulan itu dengan penuh perasaan. ”Aahhh….,”ada desiran indah mengalir ke seluruh tubuhnya. Kenikmatan yang belum pernah ia alami sebelumnya. Tangannya tak berhenti mengusap dan mengelus benda miliknya yang terasa berdenyut-denyut. Seperti ada kehidupan di sana. Ezad melorotkan CDnya, hingga tak ada penghalang bagi matanya untuk melihat sesuatu yang besar dan panjang menggantung di antara kedua pahanya yang sexy. Panjangnya bisa mencapai 21 cm. Ada rasa kagum di hati Ezad melihat penisnya yang besar dan panjang itu. Kepala penisnya lebih menyerupai helm, dengan lubang penis yang kecil namun sangatlah indah. Di pangkal batang penisnya tumbuh bulu yang lebat. Ezad memang tak pernah mencukur bulu itu. Ia terlalu sibuk dengan urusan kantornya. Malam ini adalah malam yang sangat berbeda dari sebelumnya. Ia lebih memperhatikan penisnya yang terabaikan. Tangannya mulai mengelus dan mengusap benda yang merupakan kebanggaan sebagai lelaki. Terasa lembut dan mampu menggetarkan sukma. Ezad menikmati elusan tangannya yang memberikan sensasi luar biasa. Sentuhan tangan ke batang penisnya seakan mengandung energi yang luar biasa. ”Aaahh….uuuh….,”Ezad mendesis kenikmatan. Bayangan tentang gambar lelaki bugil yang ia lihat di internet membayangi pelupuk matanya. Gelora birahinya kian memuncak menggetarkan seluruh tubuhnya. Ezaz mengusap penisnya semakin cepat beriringan dengan detak jantungnya. ”Oohhh….auuhh….nikmaat !!”Bibir tipisnya mendesis mengeracau. Ada sesuatu yang akan dimuntahkan melalui lubang penisnya yang kecil itu. Badai kenikmatan akan menghempaskan hasrat nuraninya. Nafsu telah mencapai ubun-uibun bagai ingin memuntahkan lahar. ”Crooot…creeet…,”lahar kenikmatan memuncrat menyembur membasahi tangan dan pahanya. Kental dan kelihatan keputihan. Ada senyum kepuasan di wajah tampan Ezad. Ini pertama kali ia melakukan hal itu. Rasa senang tak mampu terlukiskan. Wajah kusutnya tadi kini berubah menjadi ceria. Dengan bersiul-siul kecil, air mengguyur ke seluruh tubuhnya. Dingin dan segar membuat Ezad ingin berlama-lama di kamar mandi. Sekali-kali ia lihat penisnya yang berangsur loyo. Ia tersenyum puas. Ternyata ia membutuhkan semua itu di antara ke sibukannya. *****
”Di malam jum’at kamu harus membuat ramuan…,”Mbah Prayitno, begitu orang memanggilnya, tersenyum pada Ezad yang tertegun menunggu kelanjutan penjelasannya. Ezad, pemuda tampan itu ingin sekali dapat menikmati khayalannya menjadi kenyataan. Melalui internet, ia mendapat alamat Mbah Prayitno yang terkenal dengan ilmu aji penagsihannya. ”Ramuan apa, Mbah ?”tanya Ezad tak sabaran. ”Ramuan itu terdiri dari cairan kental spermamu yang dicampur dengan beberapa helai bulu penismu yang sebelumnya dibakar dan ditumbuk halus. Ramuan itu kamu campurkan ke dalam minuman atau makanan yang harus dimakan atau diminum oleh orang yang akan menjadi sasaranmu. Tapi sebelumnya, ramuan itu harus dibacakan mantra ini,”Mbah Prayitno menyerahkan secarik kertas yang telah bertuliskan mantra aji pengasihan. ”Apakah sasarannya bisa lelaki atau perempuan ?”tanya Ezad perlahan sambil menerima secarik kertas itu. ”Lelaki atau perempuan yang meminum ramuan itu akan terbakar birahi melihatmu. Dan belum terpuaskan sebelum dapat menikmati kegagahanmu,”Mbah Prayitno tersenyum dengan mengelus-elus jenggotnya. ”Benarkah ? ”Kamu bisa membuktikannya. Kamu bisa menginginkannya kapan saja kamu mau. Apabila ia telah meminum ramuan itu, maka bila kamu menginginkannya, maka sebutlah namanya tiga kali ketika bertemu dengannya….. ”Terimakasih, Mbah… ”Percayalah, ramuan yang aku beri nama aji birahi sukma itu akan sangat manjur. Kamu boleh mencobanya… Betapa senangnya hati Ezad. Ia akan menjadikan mimpi dan khayalannya menjadi kenyataan. Ia ingin merasakan bagaimana nikmatnya mengentot lubang anus dan menghisap penis lelaki yang disukainya. ”Berapa yang harus aku bayar, Mbah ? ”Tidak terlalu mahal. Hanya Tiga Juta Rupiah…. Ezad membuat cek senilai tiga juta dan menyerahkannya pada Mbah Prayitno. ”Cek ini bisa cair, kalau ternyata mantra ini manjur…,”ujar Ezad. ”Jangan khawatir anak muda…
*****
Gio Perkasa dengan ceria menyebarkan undangan pernikahannya. Seminggu lagi ia akan mengakhiri masa lajangnya. Wajah tampannya itu memancarkan kharisma tersendiri. ”Selamat ya Gio… ”Makasih… ”Akhirnya kamu bakal jadi pengantin juga…. Berbagai olokan dan komentar teman-temannya, membuat Gio tersipu malu. Senyumnya memang sangat menawan dengan bibir tipis yang sangat serasi dengan wajah tampannya. Tinggal satu undangan lagi yang belum ia sampaikan. Undangan spesial dan istimewa untuk direktur perusahaan di mana ia bekerja selama satu tahun berjalan ini. Pak Ezad Samir, direktur mudanya yang masih turunan Turki itu. Ia mengenal Direkturnya itu dingin, dan jarang tersenyum. Wibawa terpancar dari wajah tampan direkturnya itu. Gio, perlahan-lahan mengetuk pintu ruang kerja Direkturnya itu. Ia memang jarang berinteraksi langsung dengan Pak Ezad. Yang ia tahu lelaki itu tegas dan dingin dalam bersikap. ”Tok…tok…,”Gio mengetuk pintu itu perlahan-lahan. Pintu itu terkuak tak terkunci. ”Masuk…,”Suara bariton yang datar menyambut ketukan pintu itu. Gio melihat, direktur mudanya itu sedang sibuk dengan laptopnya. ”Selamat pagi, Pak…. Ezad terhenti dengan kesibukannya di depan laptop. Ia tak tahu, kenapa suara itu mampu menghentikan kegiatannya. Kepalanya terdongak dan melihat siapa pemilik suara itu. Ezad terkesima seketika. Pemuda tampan berdiri di hadapannya dengan penampilan yang rapih. Ezad tergetar melihat pemuda yang jarang ia lihat itu. Aliran darahnya berdesir hingga membawa ke alam khayalannya. ”Duduklah…!!”Kaku Ezad mengeluarkan kata-kata itu. Matanya berusaha kembali ke layar laptop, untuk mengurangi kegelisahan hatinya. ”Bapak mungkin tak terlalu mengenali saya. Nama saya Gio Perkasa. Sudah satu tahun berjalan bekerja di perusahaan Bapak,”ujar Gio memperkenalkan. Ezad kembali memandang pemuda di depannya itu. Sangat menarik, dan mampu membawanya ke dunia khayalannya selama ini. ”Di bagian apa ?”Akhirnya Ezad mengeluarkan suara baritonnya yang dibuat seramah mungkin. Namun, tetap terdengar dingin dan kaku. Gio sendiri akhirnya membenarkan cerita rekan-rekan kerjanya tentang dinginnya sikap direktur muda yang tampan ini. ”Di bagian Administrasi Produksi, Pak… ”Aku ke sini, untuk menyampaikan undangan pernikahanku,”ujaar Gio kemudian. Ia tak ingin berlama-lama di ruang kerja Pak Ezad. Apalagi suasana dingin dan kaku membuatnya tak betah. ”Undangan ??”Gemetar bibir Ezad mengeluarkan kata-kata itu. Khayalannya sirna. Ezad berusaha untuk mengatur detak jantungnya yang seakan ingin meledak-ledak, karena kekecewaan. ”Insya Allah, seminggu lagi aku akan menikah, pak. Mohon do’anya… ”Terimakasih. Silahkan kembali ke ruang kerja anda….,”nada bicara Ezad hambar. Benar-benar terkesan dingin. Gio memberi salam, dan membalikkan tubuhnya. Ezad melihat betapa indahnya pantat Gio yang tampak padat berisi. Hadirnya Gio yang hanya sesaat, membuat kesan tersendiri. Betapa ia selama ini disibukkan oleh aktifitasnya, sehingga tak tahu bahwa ada karyawannya yang begitu mempesona. Ia memegang undangan itu dan melihat foto Gio yang terpampang dengan senyum yang menawan. ”Terlambatkah aku ?? Ia sangat menarik hatiku. Tampan dan sexy…,”guman Ezad. Ia tak boleh terlambat. Ia tak ingin khayalannya, hanya sekedar khayalan belaka. Ia tak ingin batinnya tersiksa dengan hanya melihat gambar-gambar dari internet yang sangat menggoda kelaki-lakiannya. Ezad menekan beberapa angka telepon yang di atas mejanya. ”Ibu Dewi, bawa curicullum vitae karyawan yang bernama Gio Perkasa sekarang juga…,”Hanya kata-kata itu yang keluar dari bibirnya. Ezad menggerutu sendiri, dengan sikap gelisahnya itu. Menunggu Ibu Dewi, sangat melelahkan.
*****
Gio tercenung sambil memegang HP genggamnya. Baru saja ia menerima telepon dari Pak Ezad, agar ia malam ini datang ke rumahnya. ”Ada apa ya ? Apakah sikap ku tadi membuatnya tersinggung ? Gio tak mampu menjawab semua pertanyaan yang berkecamuk di otaknya. Seorang direktur yang terkenal dingin dan kaku, mengundangnya ke rumahnya. Padahal, baru tadi pagi ia terlibat komunikasi langsung dengan Direktur muda itu. Gio tak mau ambil pusing. Ia berprasangka baik saja dengan sikap Pak Ezad yang menurutnya sangat susah di mengerti. Malam ini ia tak ada pilihan lain untuk datang ke rumah Pak Ezad. Ia harus menghormati direkturnya itu. Mungkin ini adalah awal kedekatannya dengan Pak Ezad. Tepat pukul 20.00, Gio telah sampai di depan rumah Pak Ezad. Rumah yang sangat mewah dan besar. Banyak pohon dan tanaman hias, membuat siapa saja yang datang terasa sejuk dan adem. ”Teeeeeeet….,”Gio menekan bel. Selang beberap menit, seorang lelaki setengah baya, tergopoh-gopoh membuka pintu pagar. ”Den Gio ??”tanya lelaki setengah baya itu dengan hormat. ”Benar Pak… ”Sudah ditunggu Tuan dari tadi…,”ujar lelaki itu dengan senyum-senyum. ”Silahkan masuk Den… Gio melangkahkan kaki mengikuti langkah lelaki yang diperkirakan adalah orang yang bekerja di rumah Ezad. ”Tuan, Den Gio sudah datang…,”ujar lelaki yang mengaku bernama Mang Upon melalui telepon intercom. ”Aku di atas… Mang Upon mengajakku ke lantai atas. Rumah dengan interior yang sangat menarik dan indah. Ukiran kayu jati yang dipernis mengkilap menjadi penyangga kiri dan kanan tangga sebagai pegangan. Gio melihat, Ezad duduk di teras lantai atas dengan kursi goyang, sambil membaca koran. Rambut ikal Ezad tampak hitam pekat dan mengkilap terpantul oleh sinar lampu. Tampak gagah ! ”Tinggalkan kami berdua, Mang… ”Baik, Tuan… Setelah Mang Upon berlalu, Gio dipersilahkan duduk. Di meja kecil, telah tersedia makanan kecil dan dua gelas juice alpukat. Hening beberapa saat. Pak Ezad masih membaca koran. ”Maaf Pak, ada apa gerangan sehingga Bapak mengundangku kemari ?”tanya Gio yang berusaha mencairkan suasana. Ezad tampak menarik nafas, sambil meletakkan koran yang ia baca ke atas meja. ”Cicipi dulu hidangan alakadarnya,”suara Ezad masih kaku. Ezad mengutuki dirinya yang memang tak pandai merangkai kata. Ia memang tipe orang yang banyak diam dan sedikit bicara. ”Terimakasih…,”Gio menyeruput juice alpukat yang telah disediakan. Ezad melirik melihat betapa Gia menikmati juice yang telah dicampur dengan ramuan sperma dan bulu penisnya. Ada keraguan di hati Ezad, akan kemanjuran ramuan yang ia dapat dari Mbah Prayitno. Ia melakukan itu, karena ia tertarik dengan wajah dan fisik Gio yang sangat menggoda hatinya. Ia tak ingin selalu larut hanya dengan impian dan khayalan. Ini adalah saatnya ia menikmati impiannya itu menjadi kenyataan. Sosok Gio yang tampan dengan kharisma yang mempesona telah membuatnya ingin merasakan kehagatan dan getaran dari tubuh atletis Gio. Ia tak peduli, jika karyawannya itu akan menikah. Ia tak peduli itu ! Melihat sosok Gio, membuat birahinya berkobar dan menyala-nyala. ”Aku hanya menginginkan teman bicara,”ujar Ezad sambil melirik Gio yang masih tampak tenang. Belum ada reaksi. Menurut Mbah Prayitno, setelah beberapa menit meminum ramuan aji birahi sukma” maka akan ada reaksi, yakni tampak gelisah tak menentu. Gio tak mengerti, kenapa ia suara bariton Ezad sangat menarik tak seperti biasanya. Wajah tampan milik direkturnya itu membuat getar aneh dalam dirinya. Gio ingin memberontak, namun makin lama terasa ia ingin mendekap tubuh kekar milik Ezad. Penisnya perlahan-lahan menegang. Ada desiran indah terasa lembut. ”Ada apa dengan ku ? Ohh….Pak Ezad…,”desis Gio tanpa suara. Melihat gelagat itu, Ezad mendekati Gio perlahan. Tangan kekarnya merengkuh pundak Gio dan mengajak karyawannya untuk masuk. Gio memejamkan matanya. Rengkuhan itu terasa indah. Belum pernah ia merasakan getaran indah seperti ini. Apalagi ia merasakan tangan kekar itu mulai menyentuh buah pantatnya, kemudia melingkar di pinggang. ”Kamu tampan…,”bisik Ezad mulai beraksi. Ia merasa yakin, ramuan itu mulai membuat gairah birahi Gio terusik. “Pak Ezad…,”Gio menatap mata elang Ezad. Senyum tersungging indah melenakan. Senyum Ezad sungguh menggodanya. Gio semakin tak mengerti, hasratnya menggebu-gebu ingin dikecup oleh Ezad. ”Kita ke kamar. Menginaplah malam ini,”ajak Ezad. Pintu kamar segera dikunci. Ezad mulai memeluk Gio dengan erat. Walau masih terasa kaku. Ada kedamaian dalam dekapan Ezad. Gio tak mampu menepis perasaan itu. Ia sangat mengharapkan Ezad mengecup bibirnya. Gejolak birahi Gio menuntut agar segera dilampiaskan. Ia bagaikan orang yang dahaga yang sangat membutuhkan air walau hanya setetes. Ezad tersungging. Ada kebanggaan yang tak mampu diungkapkan dengan kata-kata. Ini bukan mimpi. Ini bukan khayalan. Namun kenyataan yang telah lama dinanti-nantikan. Dengan perlahan, Ezad mendekatkan bibirnya ke bibir tipis milik Gio. Sentuhan pertama yang menggetarkan, yang mampu menggoncangkan selurh urat nadi. Ini untuk pertama kali Ezad melakukan hal itu. Tangannya meraba-raba punggung Gio, kemudian turun meremas kedua belah buah pantat Gio yang empuk dan kenyal. Sebaliknya Gio menyambut kecupan Ezad dan keduanya saling melumat. Lidah keduanya menari-nari mengikuti irama birahi yang tak terkendalikan lagi. Deru nafas keduanya memenuhi ruangan itu bagai deru mesin. Tanpa sengaja tangan Gio menyentuh sesuatu yang menyembul di balik celana Ezad. Keras dan kenyal. Sentuhan itu membuat desiran indah dari ubun-ubun hingga mengalir penuh kenikmatan dan berkumpul di satu titik di kemaluannya yang mengakibatkan benda yang bagai pisang ambon itu berdenyut-denyut mengeras. Ezad merasakan hal itu, sehingga ia semakin erat memeluk Gio, hingga benda yang menyembul di balik celana masing-masing saling bergesek. Indah dan nikmat tiada tara. ”Ahhh…Pak Ezad….a..aku…ah…,”Gio tak mampu melukiskan perasaannya. Ingin menolak, namun kenikmatan yang ia rasakan dalam pelukan Ezad membuat ia lupa, bahwa sesungguhnya itu bukan keinginan nuraninya. Tanpa banyak kata, satu per satu kancing kemeja Gio dilepaskan. Birahi telah membuat keduanya asyik masyuk. Satu persatu pakaian yang melekat di badan kekar keduanya berjatuhan di lantai. Tak terkecuali celana dalam pun lepas membiarkan penis keduanya bebas bertemu. Penis itu saling bergesekan satu sama lain. Persentuhan kulit menimbulkan kehangatan yang menggairahkan. Ezad tak henti-henti mengecup dan melumat bibir Gio sambil tangan kanan merayap ke penis Gio. Sedangkan tangan kiri meremas-remas pantat Gio yang mulus tanpa bulu. Nafsu Gio pun menuntut untuk melakukan hal yang sama. Penis Ezad lebih besar dan panjang di bandingkan dengan miliknya. Ada kenikmatan tersendiri mengelus dan menggenggam penis Ezad. Pantat sexy sang direktur tampak menggairahkan dengan bulu-bulu menghiasi hampir menutupi lubang anus milik lelaki turunan Turki itu.
*****
Tak ada kata, yang terdengar adalah deru nafas yang memburu. Inilah impian Ezad selama ini. Inilah yang dibutuhkan pemuda tampan itu. Di ajaknya Gio ke kasur, lalu keduanya berbaring dengan tubuh tanpa busana sama sekali. Suatu pemandangan yang indah penuh eksotik. Ezad menindih tubuh Gio. Dipandangnya wajah tampan Gio, lalu kembali ia kecup bibir tipis milik pemuda itu. Ezad tak ingin menyia-nyiakan waktu. Lidahnya mulai menari-nari di leher Gio, sambil memagutnya. Sebaliknya, apa yang dilakukan Ezad itu membuat Gio bagai cacing kepanasan. Menggelepar menahan rasa nikmat. ”Auuuh….aaahh… Lidah Ezad terus menari-nari menjilat leher dan terus ke dada, lalu puting susu Gio dihisap dengan lembut penuh kemesraan. Ezad semakin liar laksana srigala kelaparan. Kini lidahnya mulai menjilat daerah bawah pusar. Bulu-bulu kasar menghiasi penis Gio yang panjangnya 19 cm itu menampakkan betapa gagahnya Gio sebagai lelaki. Rangsangan semakin membuat Ezad tak sanggup lagi untuk segera mengulum dan menghisap penis Gio. ”Auuuuh…Paaak !!”Gio semakin menggelinjang kenikmatan. Ia baru pertama kali merasakan penisnya dihisap dan dikulum. Penis Gio mulai keluar masuk rongga mulut Ezad. Yang terdengar di malam itu hanyalah erangan dan rintihan kenikmatan. Ezad mulai menjilati buah pelir yang menggelantung indah di bawah batana penis Gio. Dan sebaliknya Gio tak mau tinggal diam, ia pun mulai mengambil posisi 69. Gelora membakar jiwa saat melihat penis Ezad yang besar dan panjang. Urat-urat menyembul di batang penis itu. Tanpa menyia-nyiakan waktu, Gio mulai menghisap dan mengulum penis Ezad. Siapa pun yang melihat adegan yang penuh kegairahan itu, pasti akan iri dan cemburu. Nafsu telah menghendaki agar puncak kenikmatan untuk dimulai. Kedua belah kaki Gio diangkat dan direntangkan, sehingga tampak jelas lubang anus Gio yang dihiasi oleh bulu-bulu jembut menguak penuh keindahan. Kini lidah Ezad mulai menari-nari di lubang itu. Bau khas yang membangkitkan birahi. Tak kuasa Ezad memandang keindahan itu. Ia ingin menikmati lubang itu sesegera mungkin. Diambilnya lotion dan dioleskan ke lubang anus Gio. Sebagai pelumas. Jari telunjuk Ezad mulai menelusuri lubang itu. ”Aaaaauuh !!”Gio mengerang. Ada perih, saat jari itu menari-nari di lubang anusnya. ”Aku tak tahan lagi…sayaaang !!”bisik Ezad. Penisnya yang telah dioles dengan lotion mulai diarahkan tepat ke lubang anus Gio. Dan…!! ”Aakh…sss…sakiit !!”Tubuh Gio mengejang. Ia merasakan sesuatu yang masuk ke lubang anusnya dengan paksa. Sakit dan perih. Itu yang dirasakannya saat itu. Sebaliknya erangan Gio membuat Ezad semakin bersemangat. Memang sedikit mengalami kesulitan. Karena Gio memang masih virgin. Lubang anusnya masih sempit dan butuh perjuangan yang lebih untuk dapat menerobos masuk. ”Ssss…ssaakitt…pak !!”Jerit Gio. ”Sabar, sayaang…!! Keringat membasahi tubuh kekar Ezad. Ia masih berusaha menembus keperjakaan Gio. Harus bisa !! Ia tak ingin hidup dalam kepenasaran. Ia ingin merasakan sensasi ini. ”Uuuh !! Blessss….!!”Penis Ezad yang besar dan panjang melesak masuk menerobos lubang yang masih sempit itu. ”Aaaaaaakh….sssssss…..saaaakiiit !!”Tubuh Gio menggelinjang kesakitan. Apalagi, Ezad mulai menghentak keluar masuk penisnya. ”Ooohhh….aiih…..Paaak…!! ”Gio…enaaak…nikmaat !! Sereeet…sekaliii…auuuuh !!”Ezad merasakan kenikmatan tiada tara. Ini yang selama ini yang ia inginkan. Ia membutuhkan semua ini. Sensasi yang penuh kenikmatan. Bagai memacu kuda, Ezad menggagahi Gio penuh semangat. Hentakannya semakin cepat dan kuat. Hal tersebut membuat Gio bagai cacing kepanasan. Di ruangan kamar itu yang terdengar desahan dan erangan. Setiap penis Ezad menghentak ke dalam, Gio merasakan sesuatu yang sulit untuk diungkapkan. Sakit namun ada kenikmatan tersendiri. Penis Gio sendiri menegang karena ereksi. Apalagi penisnya menyentuh perut Ezad. Dan terjadi gesekan penisnya di perut Ezad. Sambil menghentak-hentak penisnya, Ezad mendekap erat tubuh Gio, sambil memagut leher dan melumat bibir pemuda tampan itu. ”Aaakh !! Uuuuh….!! Creeeet….croooot !!”Akhirnya Gio pun mencapai klimaksnya. Gesekan penisnya dengan perut Ezad membuatnya harus segera menumpahkan cairan kenikmatanya. ”Kamu orgasme duluan…sayaaang….aaahhh !!”Ezad merasakan perutnya basah karena sperma Gio. Justeru itu ia merasakan birahinya semakin meledak-ledak. Pantatnya yang kenyal dan berisi turun-naik semakin cepat. Tiba-tiba tubuhnya menegang. Ezad merasakan saatnya ia menumpahkan spermanya. Saat seperti itu, penis Ezad melesak lebih dalam dan…..!! ”Creeeeeeeet….Croooot !!”Dari penis Ezad bermuntahan cairan kental memenuhi lubang anus Gio. ”Auuuuuh….nikmaat !!”Ezad menghempaskan tubuhnya mendekap erat tubuh Gio. Ia sengaja membiarkan penisnya berada di dalam lubang anus Gio. Tubuh keduanya lunglai. Ezad mendekap tubuh kekar Gio dengan erat. Ia merasakan karyawannya telah memberi jawaban kepenasarannya selama ini. Di tatapnya wajah tampan Gio tertidur pulas. ”Gio…aku menyukai seluruh tubuhmu….


MAIN dengan Abang Askar,Polis,PGA...

Hehehe,Topic ni memang naughty sikit..tapi saja ja nak share pengalaman MAIN dengan diorg ni..ok..pengalaman aku pertama sekali main dengan abg askar,masa tu aku belum kerja lagi..baru je lepas amik exam STPM...rasa boring duduk dekat rumah..kebetulan rumah aku tu dekat sangat dengan Kem Askar...heheh..aku xjuga berapa minta dengan abg askar ni..akan tetapi,rakan2 aku selalu cerita tentang abg2 askar ni kalau main sedapppp sangat..eheheh!diorang cakap main dengan diorg ni confirm puas...
                      So,i've decided tuk kenal askar2 ni...dapat kenal sorang bernama Sham...he's cute asal sarawak..muka melayu,bdan dia xlah besar,tggi sangat...dia tau apa yang aku mahu..so bila beberapa hari kenal thru phone n mms..lepas ja dia buat operasi,,dia ajak jumpa main..mmg nervous sangat pada masa tu..ahahahah!!!dia bawak dekat motel biasa ja..aku xkisah aaa janji dapat main..ehehe..so bila masuk dalam bilik...we chat..aku malu sangat..segan..yelah 1st time main dengan askar ni...dia terus baring dekat katil..masa tu aku duduk atas kerusi dekat dengan meja solek...so dia panggil n suruh baring dekat dia..ahaha!apa lagi..aku terus baring n peluk dia...best sgtttt!..pastu he kiss me...he likes to kiss..bila kiss tu lama sangat....aku pun sukat sangat kiss bibir dia..n he was a gud kisser btw..eheh...after that..both we're naked..eheheheh..and biasalah..main time!!tapi pada masa tu..lupa bawak condom so just main ringan2 je...i dah pernah beberapa kali main dengan dia..but we lost contact since dia pindah balik dekat Sarawak... :( miss him so much!!...ahaha :P it was a gud exprience for me 1st time main dengan askar ni...mmg best,puas!dunno la..as for me abg askar ni nampak sangat jantan!kelakian diorg..makes em sexy for me..ahaha,sekrg ni asalkan nampak jea abg askar yg slim muda hot...nafsu aku terus naik..lol!senang jea nak dpat askar ni..janji pandai cakap n berani..diorg ni pun just nak fun juga...besalah kerja diorg tu kan makes em flet so tension..so diorg nak juga belaian dari PLU2 ni..hehehehhe..setakat ni aku dah main dengan beberapa org askar...and 1 thing i like about army is that badan diorg bersih tau...bulu x lah tebal..diorg trim!!best sangat,,,!!puas main dengan diorg ni..so pada siapa2 yang belum cuba....cubalah..ehehe!erm setakat ni main dengan polis pernah gak...PGA pun pernha.tapi yang paling best main dengan abg askar...how about you guys????pengalaman korang?


AKU DAN AZAM

selepas makan malam azam mengajak aku lepak di hadapan air pancut berhadapan panggung yang belum siap dekorasinya. malam ini tak ramai pengunjung yang datang ke Alamanda. mungkin kerana hujan lebat yang turun sebelum senja tadi.

selepas borak-borak kosong, kami balik ke rumah. aku menghantarnya sampai ke pintu rumahnya. maklumlah dia ni suka merayau. maklumlah budak baru berusia 12 tahun. maknya selalu menelefon aku jika dia tiada di rumah.

hampir jam 12 tengah malam pintu rumahku diketuk dengan kuat. aku membuka pintu dan azam tersengih di muka pintu. "nak tidur sini malam ni, boleh?". tanpa banyak bantahan aku menyuruhnya masuk. begitulah manjanya dia dan setiap hujung minggu dia akan tidur di rumahku. bukan dia sahaja, kadang-kadang beberapa rakan sebayanya turut datang bermalam di rumahku. tidak menjadi masalah bagi orang bujang sepertiku. setidaknya ada rakan untuk berbual.

oleh kerana siang tadi banyak kerja yang aku siapkan di pejabat, maka badanku keletihan. aku bentangkan tilam di ruang tamu dan mula tidur sambil membuka sliding door bagi mendapatkan udara malam yang lebih sejuk dan segar.

entah pukul berapa, aku rasakan ada haba hangat menyaluti batangku. hangat dan sedap. perlahan tetapi mengasyikkan. aku buka mata perlahan-lahan bagi melihat siapakah yang melakukan aksi hangat tersebut di dalam kain pelikat yang ku pakai.

"azam...." panggilku perlahan...dia terhenti lalu memelukku erat sambil menangis. aku memeluknya erat ke dadaku. air mata hangatnya mengalir laju tanpa suara.

"syhhh...tak apa..cik tak marah...tapi kenapa?"..tanyaku memujuk...tapi tanpa jawapan darinya.

"dah...dah..jangan nangis lagi...." pijukku sambil menyeka air matanya...dia memelukku erat...

oleh kerana kepenatan, aku terlena. azam juga lena di atas dadaku.namun ianya tak berhenti setakat itu sahaja. menjelang subuh aku bangun untuk ke tandas. ku letakkan azam di atas tilam.

sekembalinya dari tandas, aku cuba melelapkan mata. namun kali ini azam memelukku dan aku membiarkannya sahaja. dia kembali memasuki kain pelekat yang ku pakai. bencuim batangku, menjilat, menghisap. sesekali aku tekankan kepalanya supaya batangku dapat menusuk lebih dalam. tercungap-cungap dia meminta udara.

sekelip mata sahaja aku telah dibogelkan sebagaimana dirinya. sedap yang amat apabila dia menyonyot kepala batangku. bila hampr mataku terlelap keasyikan, aku rasakan kehangatan yang ketat tidak seperti tadinya. aku membuka mata dan melihat azam duduk di atas badanku sambil mengacukan batangku ke lubang keramatnya. dia cuba memasukkan tetapi terlalu ketat. dia gagal. dia memelukku sambil menangis.

"tak apa...cik tak paksa....lain kali boleh cuba lagi.."

tak lama kemudian, dia melumurkan air liurnya ke batangku lalu dengan perlahan dia memasukkan kepala batangku ke lubangnya. kali ini ia berjaya. tapi setakat separuh sahaja kerana aku tak sampai hati untuk membiarkannya kesakitan. aku memeluknya di sisi.

"nak tengok dia muntah, tak?" pujukku dan dia mengangguk setuju. sesaat kemudian aku memancutkan cairan putih pekat ke dadaku.ada pancutan mengenai mukanya yang diletakkan di dadaku. dia menjilat-jilat sisa air maniku yang terkena mukanya.

"sedap rasanya cik. macam vitegen!" aku tersenyum melihatkan aksinya. kami tertidur semula.

ketika mandi, azam memintaku menyetubuhinya lagi. dia mula dapat menerima kemasukkan keseluruhan batangku walaupun  berkerut-kerut wajahnya. selepas mandi, kami bersarapan dan dia balik semula ke rumahnya.


Skendal Rumah Sewa-2- (Indon)

Selama dua minggu ini Andri sudah tiga kali tidur di kamarku. Selama itu selalu berulang kejadian pertama tersebut. Namun, tidak lagi diawali dengan taruhan. Andri sudah mengerti keadaanku. Setiap dia ingin menuntaskan nafsunya, tinggal datang ke kamarku. Masih sebatas oral dan berjalan satu arah. Aku yang mengoral kontolnya yang besar itu. ——————————-
Kamar tengah akhirnya terisi. Lagi-lagi sepasang suami isteri. Uda Nasril yang berusia 36 tahun dan Uni Devita yang masih berusia 26 tahun. Mereka belum memiliki anak. Sepertinya memang belum lama menikah.
===================
Tok… tok… tok…
“Nonton apa, Mas Toro?” Kulihat Uda Nasril sudah berdiri di ambang pintu kamarku. Seperti biasa dia bertelanjang dada memamerkan beberapa tato di badannya yang tidak begitu kekar.
“Ini… lagi ngecek koleksi VCD dan DVD saya. Masih bagus apa nggak, ya? Jarang disetel, sih!” jawabku dengan suara agak bergetar. Jujur saja setiap berhadapan dengan Uda Nasril aku agak grogi. Entah mengapa, setiap orang Padang yang aku jumpai selalu memiliki sex appeal yang tinggi.
“Bokep?” tanyanya menuduh.
“Bukan!” jawabku buru-buru. Malu juga kalau ketahuan sebagai kolektor bokep. Untungnya film yang sedang kuputar adalah Mengejar Matahari.
“Nggak punya bokep?” Tanya Uda Nasril santai sambil mengambil salah satu kantung VCD-ku. Ooopps…. Jangan!
“Wuuuiiiihhhh!… Banyak juga koleksi bokepnya, Mas?!” Terlambat! Kantung yang dipegang Uda Nasril memang aku khususkan untuk film-film biru. Ada yang semi, hetero, dan kebanyakan gay…
“Se… Sebagian pu… punya teman sa… saya, Da!” jawabku terbata-bata. Malu sekali. Sudah ketahuan sebagai kolektor bokep, eh… bokep gay lagi!
“Bandung Lautan Asmara, Mahasiswa Trisakti, Kamasutra, Gladiator, …” Uda Nasril membaca satu per satu judul koleksiku. Masih aman karena VCD dan DVD gay kuletakkan di tumpukkan belakang…
“Sudah pernah nonton itu semua, Da?” tanyaku mengalihkan perhatiannya dari kepingan-kepingan di tangannya. Aku berharap dia tidak meneruskan melihat semua koleksiku sampai bagian belakang. Namun, pertanyaanku tidak dijawabnya.
“Big Cock, Supergay, 12 Inch, Asian Hole, Black Banana…” Uda Nasril berhenti membaca judul-judul film di hadapannya. Ia menoleh ke arahku dengan dahi berkernyit. Aku hanya menunduk. Malu dan takut.
“Daaa…!” suara Uni Devita terdengar dari kamarnya.
“Iyoo…” Uda Nasril menjawab. Ia letakkan kantung tersebut. Tanpa berbicara apa pun ia tinggalkan aku yang seperti maling tertangkap basah.
—————————————
Malam tahun baru. Seperti biasa, di saat manusia lain bersuka cita menyambutnya aku hanya teronggok di kamar. Pak Yayat sedang dinas luar. Bu Neneng, Uni Devita, dan Uda Nasril mungkin sudah bergabung dengan warga di RT-ku yang akan membakar ayam di lapangan. Andri mungkin sudah berkeliaran dengan teman-temannya.
Inginnya aku tidur saja. Acara televisi sudah membuat jenuh. Awal tahun 2007 masih satu setengah jam lagi.
“Om Toro!” terdengar suara Andri di depan pintu kamarku.
“Kamu nggak ikutan bakar ayam, Ndri?” tanyaku saat membukakan pintu.
“Om Toro sendiri nggak ikut?” ia balik bertanya.
“Malas, Ndri! Paling-paling jadi bahan becandaan doang…” keluhku. Ya, kalau berkumpul dengan warga lain aku selalu jadi bahan gurauan mereka. Laki-laki usia tiga puluh belum menikah padahal sudah mapan. Pasti dijodoh-jodohkan. Mereka tidak tahu perasaanku!
“Ya, udah! Andri temenin mau?” tawarnya padaku. Andri sekarang sudah memposisikan diri sebagai penghiburku. Meskipun aku tahu, ia juga memanfaatkanku.
“Kamu nggak gabung sama teman-teman kamu?” tanyaku kembali.
“Aku mau temenin Om Toro. Boleh, khan?” Andri merebahkan tubuhnya dengan tangan terlipat di belakang kepala. Refleks kuperhatikan tonjolan di selangkangannya.
“Kamu ngaceng, Ndri?” pancingku. Andri tersenyum. Ia langsung mengelus-elus selangkangannya. Menggoda.
Tanpa ragu segera kuraih pengait celananya. Kubuka sekaligus dengan CD-nya. Menyembullah batangan kekar yang sudah beberapa kali kumuluti. Kutusuk-tusukkan ujung lidahku di kedua bijinya. Ia menggelinjang kegelian. Sesekali kusapukan lidahku ke bibir anusnya. Ia langsung melonjak. Begitu seterusnya sampai ia tak sabar lagi.
“Langsung, Om! Dah nggak tahan, nih!” tangannya meraih kepalaku. Tangan lainnya mengarahkan kemaluannya ke mulutku. Dia benar-benar sudah tak tahan.
Tok… Tok… Tok…
“Siapa?” aku bertanya terkejut. Tak ada jawaban. Segera kumasukkan kontol Andri dan kurapikan celananya. Andri juga terlihat panik. Ia bersembunyi di balik pintu. Aku segera membukakan pintu. Uda Nasril!
“Koq ngedekem aja di kamar? Gabung di lapangan, yuk!” Uda Nasril tersenyum. Mudah-mudahan dia tidak tahu kalau aku bersama Andri di kamar.
“Saya ngantuk banget, Da!” dustaku.
“Mas Toro sendirian aja?” Degh! Jangan-jangan Uda Nasril tahu.
“Ee… i…iya…” Brengsek! Jelas sekali kalau aku gugup.
“Ini seperti sandal Andri!” Mati aku!
Uda Nasril mendorong pintu yang hanya kubuka separo. Aku tak tahu harus bagaimana. Uda Nasril langsung masuk. Saat hendak duduk di karpet ia berbalik dan…
“Andri?!”
Andri tertunduk. Aku juga merasakan wajahku tak teraliri darah. Gemetar.
“Kamu ngapain di sini?” Tanya Uda Nasril. Kami hanya diam.
“Mas Toro apakan Si Andri?” kali ini pandangan Uda Nasril tertuju ke arahku.
“Sss… sa… ya ti… dak… apa-apakan…” jawabku ketakutan.
“Jangan bohong!” bentaknya. Hatiku semakin berkerut.
“Kamu diapain sama homo ini, Ndri?” kali ini Uda Nasril bertanya pada Andri.
“Nggak diapa-apain, Da! Aku memang mau begadang di kamar Om Toro…” Ah, Andri pun terlihat jelas tergeragap.
“Sudah! Nggak usah bohong! Kontol kamu diisep dia, khan?” jari Uda Nasril tepat berada di hidungku. Andri mengangguk. Mampuslah aku!
“Sekarang kamu keluar! Kalau tidak, saya laporkan ke orang tua kamu nanti!” ancam Uda Nasril seraya mengusir Andri. Andri pun keluar.
“Da! Tolong hal ini dirahasiakan, ya…”pintaku pada Uda Nasril.
“Mas Toro mau kasih apa ke saya sebagai penutup mulut?” ucapannya terdengar menghina.
“Saya nggak tahu. Terserah Uda Nasril…” ujarku pasrah.
“Oke! Terserah saya, ya!?” wajahnya mendekati wajahku, “Jadikan saya sebagai pengganti Andri!” Gila! Ternyata Uda Nasril mau juga!
“Khan sudah ada Uni Devita, Da?!” ingatku.
“Belakangan ini dia sering kecapekan!” Uda Nasril lekas membuka seluruh pakaiannya. Kulihat kontolnya tak sebesar Andri meskipun lebih besar dari kontolku. Ia pun duduk sembari mengangkangkan selangkangannya.
Tit… tit… tit…
Ada SMS. Segera kuraih HP-ku. Dari andri?
OM, AQ MO GRBEK KMR OM BRG TMN2. GA SAH TKT. QTA MO NGRJAIN DA NASRIL.
Segera kuhapus pesan tersebut.
“Dari siapa?” Tanya Uda Nasril.
“Teman ngucapin selamat tahun baru” dustaku lancar.
“Buruan, yo! Nanti yang lain keburu pulang!” Tangan Uda Nasril sudah menarik kepalaku ke selangkangannya. Aku menarik kembali kepalaku.
“Saya cek dulu di luar, Da! Jangan-jangan ada orang…” Aku melongokkan kepala ke luar kamar. Pintu kututup kembali sambil pura-pura menguncinya. Ya, pura-pura!
“Bagaimana rasa kontol saya?” Tanya Uda Nasril padaku. Aku masih memaju-mundurkan bibirku.
“Kontol Uda nggak setegang Andri, ya? Kalau Andri ngacengnya kayak besi. Gede lagi!” sengaja kulontarkan perasaanku yang sebenarnya.
“Tapi Mas Toro doyan, khan?” ejeknya sambil menekan lebih keras kepalaku. Aku hampir tersedak hingga …
BRAKKK!
Daun pintu kamarku terbanting. Andri dan empat orang temannya merangsek masuk.
“Mau apa kalian?!” Uda Nasril membentak. Mereka justru memeganginya. “Heh! Apa-apaan ini?” Ia berusaha berontak. Namun, tenaga lima orang remaja badung tersebut melebihi kekuatannya. Satu orang berhasil memegangi tangan dan kaki kanannya. Adapun seorang lagi memegangi dari sebelah kiri. Satu orang memiting lehernya. Andri membuka celana dan mengeluarkan kontolnya yang besar sambil meremas-remasnya hingga tegang.
“Ndri! Kamu mau ngapain? Jangan, Ndri!” aroma ketakutan tercium dari suara serak Uda Nasril. Gila! Aku tidak menyangka Andri merencanakan balas dendamnya seperti ini.
“Uda Nasril diam saja! Nikmatin kontol saya yang gede ini! Uni Devita masih perawan, khan? Soalnya Kontol Uda Nasril nggak bisa tegang. Sekarang biar bisa tegang, saya setrum dulu pakai kontol saya. Biar ngacengnya sekeras kontol saya! Rekam, Din!” Andri mulai mengarahkan kontolnya yang sudah mengeras ke dubur Uda Nasril. Udin yang semula hanya menonton kini mengarahkan HP berkameranya ke selangkangan Uda Nasril.
“Din, jangan direkam! Tolong, Din! Jangan!!!” suara Uda Nasril terdengar mengiba. Namun, remaja-remaja itu sepertinya sudah punya skenario sendiri. Ratapan Uda Nasril tak mereka hiraukan.
“Fyuh! Sempit juga bool Uda Nasril, nih?!” Andri terus menghujamkan kontolnya. Baru bagian kepala kontolnya yang seperti jamur yang tenggelam.
“Sakit, Ndri! Sakit! Sakiiittttt!!!” Uda Nasril mulai menjerit. Udin terus merekam proses pemerkosaan Andri terhadap Uda Nasril. Aku hanya menyudut dengan campuran perasaan kasihan, nafsu, penasaran, terangsang, dan sebagainya.
“Ssst! Jangan berisik! Mau Uni Devita tahu kalau bool Uda Nasril saya entot? Hah!?” ancaman Andri membungkam mulut Uda Nasril. Namun, erangan-erangan tertahan masih terdengar samar. Yah, kontol Andri sangat besar. Apalagi buat anus Uda Nasril yang mungkin memang bukan homo.
“Arrrgghhh…. Ndri, sakit! Ssssakkiitttt…. Arrrgh!!!” erangan Uda Nasril terdengar mengencang. Andri justru mempercepat genjotan kontolnya di dubur pria bertato itu. Ditambah lagi temannya yang semula memiting leher Uda Nasril justru menjejalkan kontolnya yang hitam ke mulut Uda Nasril. Udin mengclose-up adegan tersebut. Aku merasakan kontolku ikut tegang. Seandainya aku yang terbaring di situ dan bukan Uda Nasril…
DAR! DOR!
=====================
Suara petasan dan kembang api terdengar bersahutan di luar. Suaranya yang bising beriringan dengan jeritan Uda Nasril yang diperkosa Andri dan temannya dengan kecepatan luar biasa. Aku yakin Andri melakukannya bukan karena terangsang terhadap Uda Nasril. Namun, dendam. Ya, ia tersinggung diusir dari kamarku. Padahal saat itu ia sedang sangat ingin menyalurkan libidonya.
“Oooouuuccchhh….” Andri mengerang nikmat. Ia sudah muncrat. Kontolnya tetap terhujam di anus Uda Nasril. Uda Nasril sendiri terlihat kepayahan. Ada cairan darah mengalir dari dubur perawannya. Ia pasti hancur. Tak lama kemudian teman Andri mencabut kontolnya dari mulut Uda Nasril yang tak mampu menampung lelehan pejuh remaja berkulit hitam itu.
“Sekarang pergi!” seorang teman Andri menariknya berdiri untuk kemudian menendangnya ke arah pintu. Uda Nasril terhuyung. Dengan langkah mengangkang perih tanpa pakaian ia keluar. Udin mengikutinya dengan tetap mengarahkan HP-nya ke aurat Uda Nasril. Andri dan teman-temannya yang lain tertawa puas. Aku hanya bisa menghela nafas.
Tak lama terdengar Uda Nasril muntah-muntah. Kami sendiri di kamar tertawa-tawa menyaksikan hasil rekaman Udin. Kali ini aku benar-benar terangsang!


Skendal Rumah Sewa-1


Adalah sebuah anugerah yang tak ternilai yang kudapatkan di usiaku yang ke-25 ini. Rumah yang selama ini kukontrak sebesar enam juta rupiah per tahunnya kini telah menjadi milikku. Berawal dari jumlah hutang pemilik kontrakan yang terus bertambah padaku, keinginan naik haji, hingga kebutuhan-kebutuhan lainnya, membuat pemilik kontrakkan terpaksa menjualnya padaku dengan harga yang cukup murah. Rumah yang terdiri atas tiga kamar, ruang dapur, dan kamar mandi ini rencananya akan kurehab. Satu kamar yang paling depan kupakai sendiri. Adapun dua kamar lainnya akan aku sewakan. Lumayan buat tambahan penghasilanku. Selama ini aku tidak berani menyewakan kamar yang tersisa karena aku masih harus bertanggung jawab terhadap pemilik kontrakkan. Kini semuanya telah menjadi tanggung jawabku.
TERSEDIA DUA KAMAR KOS HUBUNGI 08881145XX
Hmm… papan sederhana buatan tanganku sendiri itu kini sudah terpampang di depan pagar rumahku. Sengaja aku cantumkan nomor HP-ku. Aku hanya ada di rumah sore dan malam hari karena aku juga bekerja sebagai pegawai di salah satu kantor milik pemda.
—————————-
“Permisi, Mas! Masih ada kamar kosong?” Seorang pria berusia hampir 30 tahun menjadi orang pertama yang menanyakan kamar yang kusewakan.
“Masih, Pak. Silakan masuk!” ujarku ramah.
Setelah berbincang dan melihat kondisi kamar, Pak Yayat Suherman sepakat untuk menyewa kamar yang paling belakang. Ia akan menempati kamar itu bersama istrinya Neneng dan anak laki-lakinya yang baru masuk STM, Andri.
Semula aku berniat untuk menyewakan hanya pada penghuni pria tetapi demi pengembalian modal yang lebih cepat maka aku setuju untuk menyewakan salah satu kamarku pada keluarga tersebut. Apalagi Pak Yayat setuju dengan harga yang kutawarkan. Nanti kalau kondisi keuanganku kembali normal baru aku mulai mengajukan syarat-syarat khusus.
Jakarta, 2 Desember 2006
“Lagi ngapain, Om?” aku menoleh ke pintu kamarku yang terbuka. Andri.
“Eh, Andri. Lagi nonton, nih. Kamu nggak belajar?” tanyaku sambil mempersilakan masuk anak Pak Yayat tersebut.
“Nggak ada PR, Om.” ujarnya santai sambil menjatuhkan tubuhnya di dekatku.
Kami berbincang ringan. Andri anak yang cukup santai walaupun cenderung pendiam. Wajahnya sangat biasa. Ia mewarisi wajah ibunya yang menurutku sangat biasa. Padahal Pak Yayat lumayan ganteng. Namun, ada satu keistimewaan Andri. Gumpalan kenyal di selangkangannya sangat menonjol. Tidak banyak remaja seusianya yang mempunyai tonjolan seperti itu. Akh… Lumayan juga kalau aku bisa mendapatkannya…
“Om, aku boleh tidur di sini?” tiba-tiba Andri berbisik.
“Memangnya di kamar kamu kenapa?” tanyaku balas berbisik.
“Bapak di rumah.” jawabnya.
“Lho, memangnya kalau bapakmu di rumah kenapa?” tanyaku lagi.
“Yaa… Aku nggak enak aja, Om. Bapak pulang seminggu sekali. Biasanya bapak minta jatah sama ibu. Kalau ada aku, khan nggak enak…” Aku paham.
“Jadi selama ini kamu begitu, Ndri? Kalau bapakmu pulang, kamu keluar?”
“Ya gitu, deh… Mau nggak mau. Soalnya aku pernah nggak ke luar dan pura-pura tidur, eh… mereka tetap nekat main juga!” Glekk…
“Kamu pernah lihat bapak ibu kamu ML?” mataku mendelik. Ada terkejut. Ada heran. Ada nafsu.
“Sekali itu aja, Om!” jawabnya cepat.
“Kamu nggak terangsang melihatnya?” pancingku.
“Wah, sange berat, Om! Makanya aku nggak mau lagi…” kulihat Andri mengubah posisi duduknya. Dia ngaceng!
“Sekarang juga, khan?!” tembakku. Ia tersenyum. Tidak membantah berarti ya.
“Boleh ya, Om?” pintanya lagi.
“Saya takut, Ndri…” godaku.
“Takut apa, Om?” tanyanya heran.
“Kamu bayangin aja sendiri. Kamu lagi tidur terus di sebelah kamu ada cowok lagi ngaceng berat. Bisa-bisa di…”
“Ha…ha…ha… Om Toro ada-ada saja! Nggaklah, Om!”
“Sekarang bilang nggak. Nanti kalau sudah tidur?” godaku lagi.
“Ya ampun, Om! Aku sudah nggak ngaceng lagi, nih!” katanya sambil menggoyang selangkangannya. Memang, sih… tapi aku sedang punya siasat.
“Jangan bohong, Ndri! Orang ngaceng sama nggak itu bisa dibedakan! Bejendol begitu dibilang nggak ngaceng…” pancingku lagi.
“Punyaku memang besar, Om!” ujarnya polos, “Kalau Om nggak percaya, lihat saja!” tantangnya. Yupp! Pancinganku berhasil!
“Coba buka! Kalau benar lagi ngaceng, punya kamu saya genjot sampai keluar dua kali, ya!” tantangku sambil pura-pura mengancam.
“Iya! Tapi kalau saya lagi nggak ngaceng, punya Om yang saya genjot, ya?!” balasnya menantang. Sip!
Andri langsung berdiri di atas lutut. Ia pelorotkan celana pendek sekaligus CD-nya. Aku sudah tahu ia sudah tidak ngaceng. Namun, aku pura-pura terkejut. Dasar!
“Gede begitu belum ngaceng, Ndri?” kepalaku kugeleng-gelengkan. Andri tersenyum. Jelas ada kebanggaan di wajahnya. Pria ingusan yang belum tahu banyak liku-liku seks.
“Andri khan sudah bilang, Om! Punya Andri itu besar…” lagi-lagi Andri tersenyum bangga. Aku akan jalankan pancinganku berikutnya! Aku langsung kembali merebahkan tubuhku. Pura-pura kembali menonton. Andri berdehem. Aku menengok ke arahnya.
“Lupa taruhannya, Om?” senyumnya mengejek penuh kemenangan.
“Nggak! Khan nggak harus sekarang dilakukannya” tanyaku sok santai.
“Ya, sih… Tapi ingat lho, Om! Dua kali!” ia tegaskan dua kata terakhir di dekat telingaku. Aku pura-pura terkejut.
“Hahh!!! Nggak salah, Ndri?” tanyaku berlagak kalut.
“Jangan akting, Om! Om saja bilang kalau aku bohong mau genjot punyaku sampai keluar dua kali. Yang fair dong, Om!” katanya mengingatkan. Padahal aku sudah tahu.
“Nggak harus malam ini, khan?” tanyaku pura-pura mengiba.
“Taruhan sekarang masak dibayar besok!” ketusnya.
“Oke, deh… Kamu kunci dulu pintunya!” kataku pura-pura pasrah. Andri langsung bangkit dan mengunci pintu kamar. Gila! Anak satu ini benar-benar konsekuen. Tidak bisa diajak bercanda. Aku harus hati-hati…
“Celananya nggak usah dibukalah, Om!” suaranya terkejut. Ooops! Jangan sampai ia mengendus permainanku ini.
“Nanti kalau keluar, celananya sayang, Ndri…” suaraku melemah. Alasanku sepertinya bisa dia terima. Andri langsung menguak kedua kakiku. Ach…
“Umur Om berapa, sih?” Andri bertanya sambil menatapi kontolku. Ia belum memulai aksinya.
“Tiga puluh…” jawabku tercekat. Kenpa anak ini tanya-tanya umur segala?
“Punya Om kecil banget! Punya teman-teman saya rata-rata lebih dari punya Om!” cibir Andri sambil mengangkat dagunya. Hmmpph… Sialan! Menghina ini bocah!
“Ini belum ngaceng, Ndri!” dustaku. Kontolku sudah 75% ngaceng. Kalaupun bertambah tidak akan seberapa. Andri terkekeh menyadari kebohonganku. Ia julurkan kakinya yang kekar ke selangkanganku.
“Ya, deh… Aku ngacengin dulu biar gede!” hinanya. Telapak kakinya melakukan gerakan memutar di kontolku. Sumpah! Aku langsung ngaceng 100%! “Dah ngaceng belum, Om?” goda Andri lagi, “Aku kencengin genjotannya, ya? Biar tambah gede!” kurasakan kontolku ditekan-tekan dengan cepatnya. Ouch! Nikmat sekali!
“Aduh! Pelan-pelan, Ndri!” ujarku berpura-pura kesakitan. Namun, sepertinya Andri tidak mempedulikannya. Ia ingin cepat-cepat aku keluar dan kelemasan.
“Biar tambah gede, Om! Jadi bisa cepat kawin. Cewek sukanya khan yang besar, Om!” ejeknya terus-menerus. Aku menikmati sekali walau harus tetap bersandiwara.
“Sudah, Ndri! Sudah mau keluar…” aku pura-pura meminta dia untuk menghentikannya. Andri merasa tidak mau dibohongi. Ia percepat genjotannya di kontolku yang terpental-pental. Ia ingin kontolku muncrat dengan genjotannya. Hal ini membuatku semakin merem-melek.
Tiga menit sudah. Kontolku langsung menyemburkan laharnya. Andri cepat-cepat menarik kakinya. Takut terkena pejuhku.
“Ha…ha…ha… Cepat benar, Om?!” ledeknya lagi. Aku menunduk. Pura-pura malu padahal tersenyum puas.
Sesaat kemudian aku meraih celanaku. Andri menahannya.
“Eitt… Masih satu kali lagi!” tagihnya.
“Iya, saya tahu! Istirahat dulu, lah… Lemessss…” Kuhembuskan nafasku berat. Andri tersenyum penuh kemenangan.
“Pantesan Om Toro belum nikah. Punya Om kecil dan cepat keluar, sih!” kata-katanya sangat tidak sopan. Aku diam saja. Berkorban perasaan sedikit tidak apa-apa. Yang penting aku mendapat kepuasan dan kontol remaja satu ini akan aku kuasai!
“Yang keduanya nanti tengah malam saja, ya?” pintaku. Andri menggeleng. Ia lalu menguap.
“Saya kalau sudah tidur susah bangunnya, Om… Jadi, sekarang saja!” katanya sambil mengangkangkan lagi kakiku.
“Pakai tangan saja, Ndri! Biar nggak sakit…” bujukku. Andri menggeleng. Pancinganku kali ini gagal.
“Ogah!!!” tegas sekali suaranya. Jangan sampai ia menyadari kalau…
“Tetap pakai kaki tapi pelan-pelan, ya? Sudah lemas, nih…” aku alihkan pancinganku. Dia tidak boleh berhenti di sini. Harus terus!
“Bapakku kalau main lama, Om! Ibu sampai minta sudahan terus. Om belum lima menit sudah keluar…” Ia bandingkan bapaknya denganku. Nada suaranya bangga. Bolehlah… Biar kusanjung-sanjung terus kejantananmu. Setelah itu? Lihat saja!
Genjotan yang kedua Andri lakukan lebih kasar. Ia ingin membuatku malu yang ke sekian kalinya. Cepat keluar. Dan ternyata benar!
“Om Toro payah!!!” hina Andri lagi. Aku sudah keluar lagi. Belum sepuluh menit padahal. Kuhempaskan tubuhku ke kasur. Celanaku belum kupakai lagi. Sengaja kupunggungi Andri. Pancingan berikutnya!
“Om! Marah, ya?” tanyanya khawatir sambil mendekatiku. Aku hanya menggeleng. Andri merebahkan tubuhnya di depanku. Padahal aku belum memakai celana!
“Kontol Om kecil banget ya, Ndri?” tanyaku lemah. Andri menatapku kasihan.
“Maaf, Om! Sejujurnya punya Om memang kecil, cepat keluar lagi!” Andri berbisik, “Diobatin ke Mak Erot, Om!” solusinya.
“Kamu pernah?” tanyaku padanya. Ia menggeleng.
“Alami, Om! Punya bapakku juga gede!” lagi-lagi kebanggaan tersirat di nada suaranya.
“Kamu tadi belum ngaceng saja sudah segitu, ya? Gimana kalau sudah ngaceng, ya…?” sengaja kugantung kalimatku.
“Om mau lihat?” tawarnya. Mau! Mau! Sorakku dalam hati. Sejak tadi aku ingin melihat kontolmu ngaceng, Ndri!
Andri sekali lagi meloloskan celana sekaligus CD-nya. Glekk!! Sebongkah benda bulat panjang kemerahan teracung di selangkangannya. Dahsyat!
“Gede banget, Ndri!” pujiku. Kudekatkan wajahku ke kontolnya pura-pura menegaskan penglihatanku. Ia tersenyum bangga.
“Keluarnya lama lagi, Om!” promosinya.
“Saya nggak percaya! Gede bukan jaminan tahan lama! Apalagi kamu masih remaja masih belum bisa mengatur emosi!” celaku. Aku sengaja memancing keegoannya.
“Om Toro nggak percaya?” tanyanya meninggi.
“Bagaimana bisa percaya kalau belum ada bukti? Jangan-jangan kontol gede kamu lebih cepat keluarnya daripada kontol saya yang kecil!” pancingan berikutnya! Kulihat wajah Andri memerah. Terlihat sekali ia tidak terima perkataanku. Ia condongkan wajahnya ke wajahku.
“Om Toro buktikan saja! Kocok punya saya! Kalau belum sepuluh menit saya sudah keluar, Om Toro boleh genjot saya sampai pejuh saya habis!!!” taruhan yang tersulut emosi.
“Nggak usah sepuluh menit lah! Bisa melebihi tiga menit saja akan saya penuhi semua keinginan kamu yang bisa saya lakukan!” taruhanku lebih menggiurkan lagi.
“Oke! Kalau saya keluar setelah tiga menit, Om harus jadi pelayan saya. Apa saja yang saya minta harus Om turuti!” ada segurat kesenangan di senyumnya.
“Ya… tapi yang Om Toro sanggup lakukan dan permintaan kamu juga jangan berlebihan!” kataku khawatir.
“Tenang saja, Om…” hiburnya.
“Tapi kalau kamu kalah, kamu juga harus mau jadi pelayan saya, ya?” Andri mengangguk pasti.
“Sudah, mulai saja Om!” tantangya sambil merenggangkan selangkangannya yang ditumbuhi bulu-bulu muda. Kontolnya agak terkulai. Namun, tetap terlihat besar dan berisi.
“Kamu mintanya dikocok. Padahal tadi saya digenjot pakai kaki…” sengaja aku ulur waktu.
“Terserah Om! Mau dikocok, digenjot, diapain saja silakan! Disepong juga boleh…” Hahhh! Mau! Mau!
Aku tetap tidak menunjukkan hasrat homoku. Aku genjot kontolnya.
“Satu menit” Andri menyebutkan waktuku. Kuubah caraku. Kali ini aku kocok dengan cepat. Andri tersenyum mengejek. Ia pede sekali bahwa usahaku untuk mengeluarkan pejuhnya tidak akan berhasil cepat.
“Dua menit” terdengar agak tertawa. Aku tunjukkan kepanikanku dengan mengelap kontolnya. Seolah-olah tanpa pikir panjang kumasukkan kontol muda itu ke mulutku. Andri tertawa senang.
“Lima puluh lima… lima puluh enam… lima puluh tujuh…” Andri sengaja menghitung detik. Aku perganas hisapanku. Andri tertawa senang sekali. Aku teruskan lumatanku. Pura-pura tidak tahu bahwa tiga menit telah terlewati sejak tadi.
“Sudah lewat, ya?” kuangkat wajahku. Andri tertawa terus.
“Sekarang sudah empat menit, Om!” Aku berniat menjauhi kontol Andri. Pura-pura tentu saja!
“Oke… saya ngaku kalah…” ujarku sok pasrah.
“Eitt! Ke mana Om?” cegahnya.
“Om kalah, Ndri! Kamu memang tahan lebih lama” pujiku.
“Terusin, dong!” pintanya memaksa.
“Lho? Semua sudah terbukti. Saya kalah. Nggak usah diterusin lagi!” Aku menyerah pura-pura.
“Sekarang bayar taruhannya Om! Sepong lagi punya saya, Om! Sampai muncrat! Jangan nanggung. Kepala bisa pusing!” sambil bicara seperti itu tangannya menarik kembali kepalaku ke selangkangannya. Kuturuti kemauannya. Kusempurnakan kemauanku! He…he…he…
(bersambung)

Liwat - Kesah Seorang Anak Raja part 1


Pada zaman dahulu, tinggal seorang yatim piatu bernama Andika. Andika berumur 18 tahun. Dia tinggal di sebuah kampung yang diberi nama Kampung Sungai Keruh. Kampung itu tidak dihuni oleh sesiapa kecuali Andika seorang. Susah senang dalam hidupnya, terpaksa Andika tanggung sendiri sejak ayahanda dan bondanya meninggal dunia beberapa tahun dahulu kerana penyakit misteri.


Suatu hari Andika berjalan,
Seorang diri ke dalam hutan,
Untuk berburu mencari makanan,
Buat santapan diri yang kelaparan……


Pada suatu hari, Andika berasa sangat lapar dan mengidamkan daging rusa dara. Lalu, dengan berbekalkan ilmu memanah yang telah diperturunkan oleh ayahandanya, dia telah pergi berburu ke dalam hutan. Andika membawa busur memanah dan parang. Dia juga tidak lupa untuk membawa bekal air di dalam bekas buluh untuk diminum semasa dahaga nanti….

Dia terus menuju ke dalam hutan dan berjalan-jalan sambil memerhatikan sekeliling hutan tersebut kalau-kalau ada kelibat rusa dara. Namun, Andika berasa hampa apabila tidak terdapat seekor pun rusa di hutan tersebut.

“Mengapa tiada seekor pun rusa di hutan ini?...pelik sungguh…” Bisik hati Andika.


Setelah penat berjalan dalam masa yang lama, maka Andika pun berteduh di bawah sepohon pokok yang rendang. Andika duduk menyandar di bawah pohon tersebut. Tanpa disedari Andika pun terlena kerana keletihan.


Semasa terlena Andika bermimpi,
Datang seekor rusa bistari,
Rusa ajaib mampu berperi,
Memberi pesanan berkali-kali…..


Semasa terlena, Andika telah bermimpi didatangi oleh seekor rusa berwarna emas yang mampu berkata-kata. Rusa tersebut telah memesan sesuatu kepada Andika.

“Wahai anak muda…. Aku tahu, dikau seorang yatim piatu, hidup kau susah tidak menentu, datang ke hutan memburu kaum ku, untuk santapan diri mu itu.” Kata Sang rusa sambil bergurindam.

Sang rusa terus berkata lagi

“Wahai anak muda…. Jika dikau ingin merubah nasib hidup mu, carilah di hutan ini seekor angsa bermata biru yang boleh berkata-kata. Jika dikau dapat mencari angsa bermata biru yang mampu berkata-kata, nescaya hidupmu akan berubah…..Ingat anak muda, carilah itik angsa bermata biru …carilah angsa bermata biru …..carilah angsa bermata biru …..”

Rusa ajaib terus menghilang dengan suaranya yang sayup-sayup memesan agar Andika mencari angsa bermata biru yang mampu berkata-kata…..

Tiba-tiba Andika terjaga dari lenanya…

“Angsa bermata biru …. Angsa bermata biru …” Andika terus menyebut nama angsa bermata biru itu sejurus selepas terjaga.

“Betulkah angsa itu mampu merubah hidupku ini?...Di manakah aku ingin mendapatkan angsa itu?...” Bisik hatinya……

Lantas, Andika terus bangun dan meneruskan buruannya. Jika tadi, Andika ingin memburu rusa, tetapi kali ini, rusa tidak lagi menjadi buruannya. Dia ingin memburu angsa bermata biru yang mampu berkata-kata untuk merubah hidupnya yang miskin itu.

Andika terus berjalan mencari angsa bermata biru ….. Kerana terlalu lama berjalan, tekak Andika berasa begitu dahaga. Bekal air yang dibawanya telah habis diminum. Lalu, Andika berhenti di sebatang sungai untuk minum air. Dia meletakkan senjata buruannya di sebatang pokok yang tidak jauh dari sungai itu dan menuju ke tepi sungai.

Semasa, dia hendak menceduk air dari sungai tersebut, dengan tiba-tiba muncul seekor ular tedung yang sedang mengembang tidak jauh darinya. Andika ketakutan. Ular itu semakin menghampirinya. Dia meraba-raba parang di pinggangnya, namun Andika baru teringat yang dia telah meletakkan parang tersebut di bawah pokok.

Andika tidak mampu membuat apa-apa. Dia hanya mampu berserah kepada takdir…

Tiba-tiba muncul seekor angsa entah dari mana.

“Anggg…Anggg…Anngg…..Annggg…..”pekik angsa itu sambil mematuk bertubi kepala ular tedung tadi… Lalu, tanpa semena-mena, mungkin disebabkan terkejut dan ketakutan, ular tedung tersebut terus melarikan diri ke dalam sungai itu…

Andika, terkejut dengan peristiwa tadi. Dia merapati angsa yang telah membantunya tadi untuk mengucapkan terima kasih.

“Terima kasih, angsa kerana telah membantu hamba tadi..” kata Andika kepada Sang angsa.

“Anngg…Anng…Sama-sama… Anngg…Anng” Jawab sang Angsa.

Andika terkejut kerana angsa itu boleh bercakap.

“Apa?...Benarkah ini?...Angsa seperti kamu boleh berkata-kata…?..Ajaib…” kata Andika lagi.

“Anngg…Anng…Hamba bukan angsa biasa…. Anngg…Anng..” balas sang angsa.

Lalu, baru Andika teringat dengan pesanan sang rusa yang memesannya untuk mencari angsa bermata biru. Dia memerhati mata angsa tersebut. Memang benar, mata angsa tersebut berwarna biru. Tetapi betulakah apa yang dikata oleh sang rusa dalam mimpinya tadi..

“Angsa, hamba tidak tahu bagaimana hendak membalas jasa tuan hamba menyelamatkan nyawa hamba tadi….Harap, tuan hamba sudilah bertandang ke pondok buruk hamba di hujung kampung sana….Hamba sedia menurut segala kehendak tuan hamba” Kata Andika.

“Anngg…Anng…Kalau begitu kata tuan hamba, kecil tapak tangan, niru hamba tadahkan…. Anngg…Anng” balas sang angsa.

Lalu, kedua-dua mereka terus berjalan untuk pulang ke rumah Andika…Semasa dalam perjalanan, mereka saling bersembang….Andika menceritakan tentang perihal dirinya dan selepas itu, dia meminta sang angsa pula menceritakan perihal diri sang angsa tersebut.

“Wahai angsa, bagaimanakah tuan hamba boleh berkata-kata?” Tanya Andika.

“Panjang ceritanya, Andika..” Jawab sang angsa…

“Pendekkan….ha..ha..ha…” Balas Andika sambil ketawa…

“Anngg…Anng… Anngg…Anng…” Sang angsa juga ketawa..

Selepas itu, Sang angsa pun memulakan ceritanya…
“Anngg…Anng …. Sebenarnya, dahulu, beta juga adalah seorang manusia seperti tuan hamba…Beta adalah putera raja berasal dari negeri Indera Pura. Nama beta, Tengku Nila Utama. Negeri Indera Pura sangat aman suatu ketika dahulu. Tetapi, segala-galanya telah berubah setelah ayahanda beta berkahwin dengan ibu tiri beta yang bernama Permaisuri Zara. Ayahanda beta tidak mengetahui bahawa Permaisuri Zara yang dikahwininya itu seorang ahli sihir yang kejam dan ingin merampas takhta ayahanda beta. Suatu hari, ayahanda beta telah mengetahui tentang ibu tiri beta yang ingin merampas takhtanya. Lalu, ayahanda beta mengarahkan segala askar untuk menangkap Permaisuri Zara. Tetapi, semua askar-askar itu telah disihir oleh Permaisuri Zara sehingga tidak menuruti perintah ayahanda beta. Lalu, negeri Indera Pura yang dahulunya aman, bertukar menjadi huru-hara dan akhirnya ayahanda beta telah dibunuh oleh Permaisuri Zara yang kejam itu !!!... Beta cuba menghalang perbuatan Permaisuri Zara itu. Namun, beta tewas. Beta hampir dibunuh olehnya. Tetapi, dia tidak mahu beta mati dengan begitu mudah. Dia ingin melihat beta sengsara sebelum mati. Lalu, dia telah menyihir beta menjadi seekor angsa seperti sekarang…….begitulah ceritanya…. Anngg…Anng…..” Cerita Sang angsa dengan panjang lebar….

“Ooo.. begitu ceritanya… Ampunkan hamba Tengku…” Kata Andika sambil memberi sembah.

“Tidak adakah cara untuk menghapuskan sihir ke atas Tengku?” Tanya Andika lagi.

Lalu, sang angsa pun menjawab:

“Anngg…Anng …Hanya ada satu cara untuk menghapuskan sihir ke atas beta ini… ..Menurut seorang Pendeta yang beta temui di Gua Keramat, sumpahan ini hanya dapat dihapuskan jika…….jika……..”

“Jika apa Tengku?” Tanya Andika.

“Anngg…Anng …Sumpahan ini hanya dapat dihapuskan, jika beta diliwat sehingga puas oleh seorang lelaki yang masih teruna… Anngg…Anng …” sambung sang angsa..

“Jika begitu, izinkanlah hamba melakukannya kepada Tengku untuk membebaskan diri Tengku dari sumpahan itu. Hamba masih teruna Tengku…” Kata Andika.

“Anngg…Anng …Benarkah tuan hamba ingin melakukannya?....Jika begitu, hamba sangat berbesar hati…Mulakanlah dengan segera. Tidak sanggup lagi beta hidup terseksa begini…. Anngg…Anng …” Balas Sang angsa.


Di dalam redup hijau hutan rimba,
Mereka berdua memulakan asmara,
Andika bersedia berkorban teruna,
Membalas jasa terhutang nyawa.


Lalu, di dalam hutan yang menghijau itu, bermulalah satu adegan asmara antara Andika dan sang angsa….

Andika pun membuka seluarnya. Lalu, diurut-urutnya batangnya sehingga keras. Batang Andika sangat kekar dan sejengkal setengah panjangnya. Selepas batangnya menegang dan keras, Andika meminta izin kepada Sang angsa untuk meliwat.

Sang angsa pun mengalihkan punggungnya ke arah Andika. Andika pun melutut di atas tanah dan memegang bontot sang angsa dari belakang. Lalu, Andika pun menyelak bulu-bulu di bontot sang angsa sehingga ternampak lubang keramat sang angsa yang berwarna merah jambu itu.

Andika meletakkan kepala zakarnya tepat ke arah lubang bontot sang angsa. Lalu, dengan perlahan-lahan Andika menusuk batangnya ke dalam bontot sang angsa…

“Anngg…Anng …perlahan sedikit tuan hamba….sakit…. Anngg…Anng …” pinta sang angsa.

Andika semakin ghairah tatkala kepala zakarnya terasa suam apabila tersentuh lubang bontot sang angsa. Andika terus menusukkan batangnya ke dalam bontot sang angsa sambil mengenjut-enjut perlahan-lahan. Lama kelamaan, henjutannya terasa semakin lancar dan licin. Andika terasa begitu nikmat meliwat sang angsa. Tidak pernah dia merasa kenikmatan seperti itu. Sebelum ini dia hanya merasai kenikmatan melancap. Tetapi, kenikmatan meliwat lebih hebat penangannya…Walau pun, dia hanya meliwat seekor angsa…..

Andika memandang wajah sang angsa, dia melihat kepala dan leher sang angsa telah terkulai sehingga menyentuh tanah…sang angsa mula berdengus…Mungkin sang angsa sedang ghairah sepertinya juga…Atau mungkin sang angsa sedang menahan keperitan diliwat begitu. Andika tidak kisah dengan semua itu, dia terus menggengam bontot sang angsa dan menghenjut dengan laju..

“Anngg…Anng … Anngg…Anng …” Sang angsa mengerang…

Beberapa ketika kemudian, Andika berasa seperti hendak terpancut. Lalu, dilajukan lagi henjutannya.

“Ahhh….ahh…Hamba dah nak pancut Tengku…ahhh..ahh….” Andika mengerang..

Tiba-tiba Andika membuat satu henjutan yang kuat sehingga sang angsa mengerang dengan kuat..

“Aaaaaaaannnnnnnnngggggggggggg……………………………” sang angsa menjerit sehingga pengsan.

Andika pula mencapai klimaks pada saat itu…pretttt….preettt…preettt…….. Andika melepaskan semua air maninya ke dalam bontot sang angsa yang pengsan itu. Lalu, selepas Andika puas melepaskan semua air maninya, dia pun mencabut batangnya dari bontot sang angsa..
“Tengku…Tengku…” Andika memanggil sang angsa..

Sang angsa tidak bergerak. Nafasnya juga telah tiada. Andika mula berasa cemas dan ketakutan. Mungkin dia telah membunuh sang angsa itu. Dia terus memanggil-manggil angsa itu berkali-kali.

Beberapa ketika kemudian badan sang angsa yang sedang pengsan itu menjadi semakin membesar. Andika ketakutan. Angsa tersebut membesar sehingga menjadi sebesar manusia. Lalu, dengan perlahan-lahan bulu angsa gugur perlahan-lahan. Kulit sang angsa bertukar perlahan-lahan menjadi kulit manusia. Lalu, sang angsa pun menjadi seorang manusia yang kacak seperti Hitrik Roshan…

Beberapa ketika kemudian, Tengku Nila Utama yang tadinya seekor angsa telah tersedar dari pengsannya. Dia berada dalam keadaan bogel sambil terlentang di atas tanah…

“Terima kasih Andika…” Ucap Tengku Nila Utama.

“Sama-sama Tengku…” Balas Andika sambil tersenyum kerana telah berjaya menghapuskan sumpahan terhadap Tengku Nila Utama…

Lalu, Andika mengangkat Tengku Nila Utama yang masih lemah itu dan membawanya pulang ke rumah…..


“……………………..Lalu, Andika membuat henjutan yang kuat ke bontot Tengku Nila Utama. Pap! Pap! Pap! Begitulah bunyi semasa peha Andika menyentuh punggung Tengku Nila Utama. Di saat itu jugalah Andika telah meletuskan air maninya ke dalam bontot Tengku Nila Utama sebanyak sembilan belas das letusan………………….”

Berjalanlah pulang mereka berdua,
Ke pondok buruk milik Andika,
Sampai di pondok mereka terlena,
Keletihan berjalan terlalu lama….


Setelah sampai di pondok Andika, mereka berdua pun terus beradu sambil berpeluk-pelukan kerana terlalu letih berjalan seharian…..

Keesokkan paginya, Tengku Nila Utama pun terjaga dari lenanya. Dia masih berbogel dan hanya diselimuti dengan sehelai kain pelikat milik Andika. Dia memerhati sekeliling. Tetapi, Andika tiada di situ. Beberapa ketika kemudian, Andika muncul dari ruang dapur dan membawa sepinggan makanan yang masih panas.

“Tengku dah bangun…Jemput makan Tengku. Hanya ubi rebus ini yang patik dapat sediakan…Ampunkan patik Tengku, jika layanan yang patik beri ini kurang memuaskan…” Kata Andika.

“Andika, beta ingin mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada tuan hamba kerana telah membebaskan diri beta dari sumpahan Permaisuri Zara. Beta ingin minta maaf kepada tuan hamba. Kerana beta, tuan hamba terpaksa korbankan keterunaan tuan hamba…Maafkan beta Andika…” Kata Tengku Nila Utama.

Tengku Nila Utama berasa begitu bersalah terhadap Andika. Lalu, tanpa disedari, Tengku Nila Utama telah menangis…..Andika merapati Tengku Nila Utama dan memeluknya Tengku Nila Utama yang sedang menangis…..

“Jangan menangis Tengku…patik tidak sedikit pun berasa kesal mengorbankan keterunaan patik. Patik melakukan demikian kerana patik telah terhutang nyawa daripada Tengku. Jika, Tengku tidak menolong patik semalam, mungkin patik telah mati dipatuk ular tedung itu….” Kata Andika dan terus mengucup dahi Tengku Nila Utama untuk menenangkan Tengku Nila Utama yang sedang dirundung rasa bersalah itu.

“Andika…Sudikah tuan hamba menjadi teman hidup beta?..Beta tiada sesiapa lagi di dunia ini...Beta sebatang kara Andika…” kata Tengku Nila Utama.

“Sebenarnya, patik juga sudah lama berkenan kepada Tengku sejak melihat Tengku menjadi manusia semalam…Patik sedia menjadi teman hidup Tengku…Patik berjanji akan melindungi Tengku hingga ke hujung nyawa…Patik cintakan Tengku….” Kata Andika sambil memandang tepat ke muka Tengku Nila Utama..

“Beta juga cintakan tuan hamba, Andika….Bolehkah beta memanggil tuan hamba sebagai kekanda?” Tanya Tengku Nila Utama..

“Boleh Tengku… Dan patik akan memanggil Tengku sebagai adinda……” Balas Andika.
Lantas, Tengku Nila Utama terus memberikan satu kucupan tepat ke bibir Andika…

“Adinda cintakan Kanda…” Kata Tengku Nila Utama dengan penuh ghairah.

“Kekanda juga cintakan dinda…biar apa pun terjadi, kita tetap akan bersama selamanya…Kanda berjajnji akan sehidup semati bersama-sama adinda….” Balas Andika dan terus mencium Tengku Nila Utama bertalu-talu.


Selepas meluah perasaan di hati,
Mereka berjanji sehidup semati,
Sayang menyayang kasih mengasihi,
Timbullah pula perasaan berahi.


Lalu, kedua-dua mereka terus ghairah memuaskan nafsu masing-masing. Mereka saling berbalas ciuman dengan penuh kasih sayang. Dari bibir, Andika terus menujukan ciumannya ke dada Tengku Nila Utama dan terus ke arah kejantanan Tengku Nila Utama. Lalu, dengan perlahan, Andika mengulum dan menghisap batang Tengku Nila Utama yang sejengkal setengah panjangnya..Sesekali lidah Andika terasa melekit-lekit diselaputi air mazi Tengku Nila Utama.

“Ahh….sedap kekanda…kulum lagi kekanda….Adinda cintakan kekanda….Ahhh…ahhh..” Tengku Nila Utama mengerang kesedapan.

Kemudian, Tengku Nila Utama terus menggengam batang Andika yang kekar itu. Lalu, dalam bentuk 69, mereka saling mengulum batang antara satu sama lain…Di saat itu, mereka berasa begitu bahagia seperti berada di syurga. Dunia seakan-akan milik mereka… Beberapa ketika kemudian, Tengku Nila Utama mencapai klimaks. Andika dapat merasai kepala zakar Tengku Nila Utama mengembang-ngembang di dalam mulutnya…

“Ahhh…Kekanda, adinda sudah tidak tertahan lagi…adinda ingin terpancut..ahh…ahh..” Tengku Nila Utama mengerang di saat dia mencapai klimaks.

Andika terus mengulum batang Tengku Nila Utama.

Lalu…..

creettt…creett…crettt…… Tengku Nila Utama terpancut.

Tengku Nila Utama telah melepaskan sebanyak dua puluh tujuh das pancutan air mani ke dalam mulut Andika. Mulut Andika tidak dapat menampung air mani Tengku Nila Utama yang sangat banyak itu, sehingga air mani tersebut melimpah keluar dari mulut Andika dan jatuh ke lantai…. Sejak Tengku Nila Utama menjadi seekor angsa, telah beberapa purnama Tengku Nila Utama tidak pancut. Oleh sebab itulah, air mani yang dipancutnya, begitu banyak sekali…

“Kekanda…Tolonglah liwat adinda sehingga kekanda puas…Diri adinda milik kekanda….Liwatlah adinda, kekanda…” Kata Tengku Nila Utama.


“Baiklah adinda…Kekanda akan tunaikan segala keinginan adinda…” Balas Andika.

Lalu, Andika mengangkat kedua belah kaki Tengku Nila Utama yang sedang telentang itu. Kedua-dua kaki Tengku Nila Utama diletakkan di atas bahunya. Dia membasahkan zakarnya dengan air liur. Lalu, dengan perlahan-lahan, dia menusukkan zakarnya ke dalam lubang keramat Tengku Nila Utama….

Andika terus memulakan dayungannya sambil mencium Tengku Nila Utama. Semakin lama, dayungan semakin lancar.

“Ahh…ahh…mmm….ahhh…” Andika mengerang kesedapan.

Andika berasa begitu nikmat dapat meliwat Tengku Nila Utama. Kenikmatan yang bercampur dengan perasaan cinta, lebih nikmat daripada meliwat angsa semalam…

Andika terus mendayung sambil mencium bibir Tengku Nila Utama berkali-kali..Andika juga turut melancapkan zakar Tengku Nila Utama yang masih keras itu..

Setelh beberapa lama mendayung, lalu Andika pun tidak tertahan lagi menmpung air maninya yang semakin menggelegak itu…

“Ahhh….Kanda dah nak pancut….kanda dah nak pancut, adinda….ahhh….” Andika mengerang.

“Mmmmm…Pancutlah kekanda…pancutlah puas-puas ke dalam bontot adinda…ahh…ahh…” Tengku Nila Utama turut mengerang kesedapan…

Lalu, Andika membuat henjutan yang kuat ke bontot Tengku Nila Utama. Pap! Pap! Pap! Begitulah bunyi semasa peha Andika menyentuh punggung Tengku Nila Utama. Di saat itu jugalah Andika telah meletuskan air maninya ke dalam bontot Tengku Nila Utama sebanyak sembilan belas das letusan….

“Kanda cintakan adinda…” Andika berbisik kepada Tengku Nila Utama selepas meletuskan air maninya…

“Adinda juga cintakan kekanda…” Balas Tengku Nila Utama…

Andika mencabut zakarnya perlahan-lahan dari bontot Tengku Nila Utama.. Mereka berbaring untuk berehat sebentar menghilangkan letih melayari bahtera indah sebentar tadi. Selepas itu, dalam keadaan berbogel, kedua-dua mereka berpimpin tangan menuju ke sungai berhampiran untuk bersiram…Lalu, mereka pun bersiram sepuas-puasnya dengan kesejukan dan kejernihan air sungai itu sambil berbogel..…..

Tengku Nila duduk menyendiri,
Melayani perasaan runsingnya hati,
Andika melihat terus menghampiri,
Berkongsi rasa kekasih disayangi.

Beberapa ketika selepas bersiram, Tengku Nila Utama duduk bersendirian di atas batu sungai yang besar. Tengku Nila Utama seakan-akan sedang memikirkan sesuatu yang merunsingkan. Tanpa disedari, perlakuannya itu diperhatikan oleh Andika. Lalu, andika pun menghampiri Tengku Nila Utama dan duduk di sebelahnya sambil mendakap Tengku Nila Utama.

“Kenapakah adinda bermuram durja?...Ada apa-apakah yang merunsingkan adinda?” Tanya Andika sambil membelai-belai rambut Tengku Nila Utama yang masih basah itu.

“Adinda rungsing kekanda….Rungsing memikirkan nasib rakyat negeri Inderapura yang ditindas oleh Permaisuri Zara. Adinda tidak sanggup melihat penderitaan rakyat Inderapura. Adinda ingin menewaskan Permaisuri Zara dan menuntut bela atas kematian ayahanda adinda. Tetapi, adinda tidak tahu bagaimanakah caranya….” Kata Tengku Nila Utama sambil meletak kepalanya di dada Andika…Kedua-dua mereka terus berpeluk-pelukan sambil berkongsi rasa kerungsingan….

Tiba-tiba, muncul seorang kerdil bertongkat dari dalam air sungai. Andika dan Tengku Nila Utama terkejut dengan kemunculan orang kerdil tersebut dengan tiba-tiba. Orang kerdil tersebut berjubah putih, rambutnya panjang beruban tetapi botak di atas, janggutnya putih panjang sehingga ke kaki. Tengku Nila Utama seperti mengenali orang kerdil tersebut.

“Pendeta Gua Keramat….” Bisik Tengku Nila Utama di dalam hati dengan terpegun.

“Kekanda, inilah Pendeta Agung Gua Keramat yang telah memberitahu adinda cara untuk menghapuskan sumpahan ke atas adinda tempoh hari…..” Kata Tengku Nila Utama kepada Andika.

Andika memberikan senyuman dan mengucapkan terima kasih kepada Pendeta Agung Gua Keramat kerana telah membantu Tengku Nila Utama semasa dia disumpah menjadi seekor angsa dahulu.

Lalu, Pendeta Agung Gua Keramat pun terus berbicara.

“Tengku Nila Utama, syukurlah, Tengku telah bebas dari sumpahan Permaisuri Zara. Patik tahu, Tengku sedang runsing memikirkan cara menewaskan Permaisuri Zara.. Tengku jangan bimbang, patik akan memberitahu caranya… Permaisuri Zara Yang kejam itu hanya dapat dihapuskan jika dia tertelan gabungan dua air mani cinta sejati….” Kata Pendeta Agung Gua Keramat.

“Gabungan dua air mani cinta sejati?...” kata Andika dan Tengku Nila Utama secara serentak.

“Ya….Gabungan dua air mani cinta sejati sahaja yang dapat menghapuskan Permaisuri Zara yang kejam itu..” Balas Pendeta Agung Gua Keramat.

“Tetapi, di manakah kami ingin mendapatkan gabungan dua air mani cinta sejati itu?...” Tanya Tengku Nila Utama.

“Ha….ha…ha….ha….Tidakkah anda berdua sedang dilamun cinta? Jika cinta antara Tengku dan Andika adalah cinta sejati, maka gabungan air mani Tengku dan Andika dapat menewaskan Permisuri Zara…” Jawab Pendeta Agung Gua Keramat.

Tengku Nila Utama dan Andika saling berpandangan. Mata mereka saling bertentangan. Di dalam hati Tengku Nila Utama, dia berasa agak lega setelah mengetahui cara menewaskan permaisuri Zara. Tetapi, bagaimanakah mereka hendak bertemu dengan Permaisuri Zara. Tentu Permaisuri Zara dan askar-askarnya akan membunuh mereka berdua kerana Permaisuri Zara mengenali Tengku Nila Utama….

Beberapa ketika, Pendeta Agung Gua Keramat menghampiri Tengku Nila Utama dan Andika.

Tiba-tiba Pendeta Agung Gua Keramat menyelak kain jubahnya. Maka terlihatlah batang zakar Pendeta Agung Gua Keramat yang hanya sebesar sebutir kacang tanah. Andika dan Tengku Nila Utama hampir tergelak kerana lucu melihat zakar Pendeta Agung Gua Keramat yang comel itu. Tetapi, mereka tidak ketawa karana menghormati Pendeta Agung Gua Keramat itu.

Lalu, Pendeta Agung Gua Keramat pun mengurut-urut batang zakarnya di hadapan mereka berdua. Mereka berdua tertanya-tanya apakah yang akan diperlakukan oleh Pendeta Agung Gua Keramat kepada mereka berdua. Lama kelamaan, zakarnya yang kecil tadi manjadi semakin membesar, mengembang dan memanjang sehingga 3 jengkal panjangnya. Tengku Nila Utama dan Andika terpegun melihat perubahan batang Pendeta Agung Gua Keramat itu. Mereka sungguh tidak menyangka Pendeta Agung Gua Keramat yang kerdil itu mempunyai sebatang zakar yang lebih besar dan panjang daripada manusia biasa.
Pendeta Agung Gua Keramat terus melancapkan batangnnya itu.

Beberapa ketika kemudian….

“Ahhh…ahh…..Tengku, Andika, bukalah mulut anda berdua…” Kata Pendeta Agung Gua Keramat sambil mengerang….

Kedua-dua mereka pun membuka mulut seluas-luasnya menuruti perintah Pendeta Agung Gua Keramat tanpa banyak soal…

Lalu, Pendeta Agung Gua Keramat mengarahkan kepala batangnya tepat ke arah mulut Tengku Nila Utama dan Andika. Lalu, Pendeta Agung Gua Keramat terus memancutkan tiga puluh pancutan air mani ke dalam mulut Tengku Nila Utama dan mulut Andika secara beselang-seli sehingga muka mereka juga diselaputi air mani yang tidak terkira banyaknya itu..……

“Telanlah air mani itu….” Perintah Pendeta Agung Gua Keramat kepada kedua-dua mereka.

Mereka berdua pun terus menelan air mani Pendeta Agung Gua Keramat yang sangat banyak itu…..Mereka juga saling jilat menjilat lebihan air mani Pendeta Agung Gua Keramat yang terpercik di muka masing-masing…

Selepas puas menikmati air mani, mereka memandang Pendeta Agung Gua Keramat yang agak keletihan itu. Batang zakarnya juga semakin kecil dan mengecil sehingga menjadi sekecil sebutir kacang tanah semula.Lalu, dia menutupi semula batangnya itu dengan jubahnya…

“Sekarang, anda berdua mempunyai satu kelebihan setelah menelan air mani patik. Anda berdua boleh berubah diri menjadi orang lain. Ubahlah diri anda berdua menjadi orang lain supaya Permaisuri Zara tidak mengenali anda berdua….” Kata Pendeta Agung Gua Keramat .

“.Anda berdua hanya perlu berniat untuk berubah diri dan mengemut dubur sebanyak tiga kali. Maka, selepas itu akan berubahlah diri anda menjadi diri orang lain…dan apabila anda ingin kembali menjadi diri anda semula, cabutlah seurat bulu zakar anda. Maka, anda akan menjadi diri anda seperti sedia kala…….” Terang Pendeta Agung Gua Keramat lagi dan terus lenyap dengan sekelip mata…..

Duduk berbincang mereka berdua,
Merancang menewaskan Permaisuri Zara,
Buah fikiran telah pun tercipta,
Bergeraklah mereka ke Indera Pura.

-----------------------------------------------------------------------------------

Liwat - Kesah Seorang Anak Raja part 2

Setelah beberapa hari membuat rancangan menewaskan Permaisuri Zara, mereka berdua pun mula berangkat ke Indera Pura. Sebelum itu, meraka telah menukarkan diri mereka menjadi diri orang lain. Disebabkan Tengku Nila Utama tahu Permaisuri Zara seorang yang sangat kerap meniduri lelaki-lelaki kacak, Maka mereka pun berniat serta melakukan tiga kemutan dubur dan menukarkan diri mereka menjadi dua orang pemuda yang menepati citarasa syahwat Permaisuri Zara…

Lalu, setelah tujuh hari, tujuh malam berjalan, mereka pun sampai di negeri Indera Pura. Apabila menjejakkan kaki ke Indera Pura, meraka melihat ramai rakyat yang menderita dengan pemerintahan Permaisuri Zara.

Sepanjang perjalanan mereka di negeri tersebut, mereka berdua telah menjadi perhatian anak-anak dara dan juga mak-mak dara yang terpikat dengan mereka. Tidak kurang juga, anak-anak teruna dan bapak-bapak teruna yang turut berahi melihat mereka berdua. Setiap mata yang memandang mereka, pasti akan terus terpikat…

Lalu, berita tentang dua orang pemuda tidak dikenali yang kacak itu, telah sampai ke pengetahuan Permaisuri Zara. Permaisuri Zara teringin untuk bertemu dengan kedua-dua pemuda kacak tersebut. Maka, dia pun mengarahkan askar-askarnya membawa kedua-dua pemuda tersebut untuk menghadapnya dengannya…

Beberapa ketika kemudian, muncullah askar-askarnya dengan membawa kedua-dua pemuda kacak tersebut. Di atas singgahsana, terdapat seoarang perempuan yang sangat jelita rupa parasnya. Itulah Permaisuri Zara yang kejam.

Apabila terpandang kedua-dua pemuda kacak itu, dengan tiba-tiba, faraj Permaisuri Zara terasa cair. Perasaan berahi mula menyelubungi dirinya…Dia mula berfikir untuk memerangkap pemuda-pemuda kacak itu..Dia berasa sangat teringin untuk meniduri kedua-dua pemuda kacak tersebut. Tetapi dia tidak tahu, salah seorang pemuda kacak itu adalah Tengku Nila Utama yang telah disumpahnya menjadi seekor angsa dahulu.


“Wahai orang asing, kalian berdua telah mencerobohi negeri beta tanpa kebenaran…Tahukah kalian, apakah hukuman kepada penceroboh?...Kalian berdua akan dipancung!!” Kata Permaisuri Zara kepada mereka berdua dengan suara yang garang.


“Ampunkan patik berdua pacal yang hina ini, Tuanku Permaisuri. Kami telah tersesat di dalam hutan selama beberapa hari. Lalu, kami berdua terjumpa negeri ini, Tuanku Permaisuri. Tidak terniat pun di hati kami untuk mencerobohi negeri Tuanku Permaisuri. Janganlah dipancung kami ini. Ampunkanlah kami Tuanku Permaisuri..” Kata Tengku Nila Utama sambil berpura-pura ketakutan.


“Beta, akan memaafkan kalian berdua. Tetapi, kalian berdua mesti menuruti perintah beta. Selepas, perintah beta kalian turuti, beta akan bebaskan kalian berdua.” Kata Permaisuri Zara.


“Baiklah, Tuanku Permaisuri. Kami berdua akan menuruti segala perintah Tuanku Permaisuri.” Kata Andika dan Tengku Nila Utama secara serentak.

“Bagus…. Malam ini, beta mahu kalian berdua berteduh di istana beta ini…. Ha…ha…ha….” Perintah Permasuri Zara sambil ketawa kegembiraan.

Tengku Nila Utama dan Andika berasa gembira kerana rancangan mereka berjalan dengan lancar…

Berteduhlah mereka di dalam istana,
Menurut perintah Permaisuri Zara,
Dendam Tengku akan terbalas jua,
Menuntut keadilan untuk Indera Pura.


Pada malam tersebut, kedua-dua mereka telah diperintah untuk bertemu dengan Permaisuri Zara di bilik Peraduan Permaisuri Zara. Maka, kedua-dua mereka pun menuruti perintah itu. Mereka berharap, rancangan mereka berjalan dengan lancar.

Semasa di dalam Bilik Peraduan…

“Sekarang kalian berdua mesti menuruti segala perintah beta…” Kata Permaisuri Zara.

“Baiklah Tuanku Permaisuri. Segala kehendak Tuanku Permaisuri, akan kami turuti.” Balas Andika dan Tengku Nila Utama.

Lalu, tanpa semena-mena Permaisuri Zara terus melucutkan pakaian tidurnya. Maka, ternampaklah tubuh badan Permaisuri Zara yang putih gebu itu….

“Sekarang, beta mahu kalian berdua memuaskan beta…..” Perintah Permaisuri Zara.

“Segala titah perintah Tuanku Permaisuri akan kami junjungi….” Balas Andika dan Tengku Nila Utama.

Lalu, kedua-dua mereka pun memulakan adegan memuaskan Permaisuri Zara. Tengku Nila Utama meramas-ramas tetek Permaisuri Zara. Andika pula menjilat-jilat kelentit faraj Permaisuri Zara. Permaisuri Zara berasa sunguh nikmat diperlakukan begitu. Sejurus kemudian, Andika terus menjolok faraj Permaisuri Zara dengan jarinya…

“Ahh…ahhhh….sedap sekali….lajukan lagi….ahhh…..” Permaisuri Zara mengerang kesedapan..

Tengku Nila Utama pula menjolokkan zakarnya ke dalam mulut Permaisuri Zara. Permaisuri Zara terus mengulum batang Tengku Nila Utama yang kekar itu..

Setelah beberapa ketika, Andika mengangkat kedua belah kaki Permaisuri Zara. Lalu, dia terus menusukkan batangnnya ke faraj Permaisuri Zara dan menyorong tarik batangnya dalam faraj Permaisuri Zara dengan rakus.

“Ahhh…ahhh…Beta suka diperlakukan begini…lajukan lagi….lajukan lagi…” Kata Permaisuri Zara…

Selepas itu, Tengku Nila Utama pula menusukkan batangnya dengan rakus ke dalam dubur Permaisuri Zara.

“Ahhh…..Perlahankan tusukan mu itu…” kata Permasuri Zara kepada Tengku Nila Utama apabila duburnya terasa sakit diliwat begitu.

Namun, Tengku Nila Utama tidak mempedulikannya. Dengan perasaan dendam yang menebal, dia terus menusukkan batangnya serakus-rakusnya ke dalam bontot Permaisuri Zara yang telah membunuh ayahandanya itu….

Selepas beberapa ketika Andika dan Tengku Nila Utama merogol dan meliwat Permaisuri Zara secara serentak, mereka pun mencabut batang mereka berdua. Kedua-dua mereka menghunuskan batang mereka ke arah mulut Permaisuri Zara. Lalu, Permaisuri yang semakin ghairah itu, terus mengulum kedua-dua batang mereka. Kedua-dua batang mereka semakin mengeras dan mengeras.

Beberapa ketika kemudian..

“Ahh….ahhh….Patik dah nak pancut….ahh…” Kata Andika danterus melepaskan air maninya ke dalam mulut Permaisuri Zara. Air maninya turut terpercik ke atas batang Tengku Nila Utama.

Selepas itu, Tengku Nila Utama juga sudah tidak tertahan lagi menampung air maninya yang semakin menggelegak itu dan terus memencutkan air maninya ke dalam mulut Permaisuri Zara yang masih ghairah itu…

Permaisuri Zara terus menelan air mani mereka berdua….Dia merasa puas dapat merasai penangan pemuda-pemud ayang kacak itu…Tetapi, kepuasannya tidak lama. Di dalam perut Permaisuri Zara, kedua-dua air mani Andika dan Tengku Nila Utama sedang bercampur dan meracuni diri Permaisuri Zara perlahan-lahan….

“Arrggghhhh…..arrrgghhh….Kenapa badan beta berasa sangat panas?..” Permausri Zara meraung kepanasan… Anggota badannya juga tidak boleh bergerak lagi…..

Lalu, Tengku Nila Utama dan Andika pun mencabut seurat bulu zakar masing-masing unuk mengembalikan rupa asal mereka….

“Masih ingatkah kau kepada aku?!” Tanya Tengku Nila Utama

“Tengku Nila Utama?..Kau masih hidup….aarrgghh….” Kata Permasuri Zara yang semakin terseksa itu.

“Ya, aku masih hidup! Dan ini adalah Andika, kekasih aku…Kau telah menelan air mani kami…Gabungan dua air mani cinta sejati…..mampuslah engkau wahai perempuan sihir!!” Kata Tengku Nila Utama.

“Apa?..Gabungan dua air mani cinta sejati?...Tidak!!….tidak!!!……Arrrgghhh…..” Permaisuri Zara meraung keperitan.

Lalu, dengan tiba-tiba tubuh badan Permaisuri Zara menggeletar dan bertukar wajah menjadi makhluk yang sangat hodoh dan busuk. Permaisuri Zara meronta-ronta kesakitan. Lalu dengan tiba-tiba Permaisuri Zara pun hangus terbakar dan menjadi abu. Selepas kematian Permaisuri Zara, segala sumpahan dan sihirnya telah terhapus. Askar-askar dan pembesar-pembesar Istana mula tersedar semula selepas beberapa purnama disihir oleh Permaisuri Zara yang kejam itu.

Berita kematian Permaisuri Zara telah tersebar ke seluruh negeri Indera Pura. Rakyat berasa sangat gembira dengan berita itu.

Tengku Nila Utama pula telah ditabalkan menjadi raja di Indera Pura menggantikan tempat ayahandanya yang telah mangkat. Kini, Tengku Nila Utama telah mendapatkan kembali takhtanya yang telah dirampas oleh Permaisuri Zara.

Tengku Nila Utama menaiki takhta,
Andika pula mendjadi penasihatnya,
Hiduplah mereka aman sentosa,
Berbahagialah selama-lamanya…..

Andika pula telah ditabalkan menjadi Penasihat kepada Tengku Nila Utama. Andika tidak lagi miskin dan sebatang kara seperti dahulu. Benarlah seperti kata Sang Rusa di dalam mimpinya dahulu. Angsa bermata biru telah merubah nasib hidupnya. Kini, dia telah hidup senang lenang di istana bersama-sama kekasihnya Tengku Nila Utama. Hubungan mereka dirahsiakan agar tidak dipandang serong oleh rakyat jelata. Mereka hidup aman bahagia selama-lamanya…….

tamat

Pengikut Setia

 
Koleksi Cerita Gay Melayu © 2012 | Template By Jasriman Sukri