Pages

Pengalaman pertama jadi GAY


Di suatu tempat di Palembang, hiduplah sepasang sahabat karib. Johan dan Rudi sudah bersahabat sejak kecil. Seiring dengan berlalunya waktu, mereka tumbuh dewasa. Johan kehilangan Rudi saat Rudi memutuskan untuk bekerja di Bandung. Pada saat itu, umur mereka sudah genap 20 tahun. Meskipun mereka berteman akrab, namun Johan tidak pernah mengetahui rahasia terbesar Rudi. Rudi diam-diam memendam hasrat homoseksual pada Johan. Tapi celakanya, Johan 100% heteroseksual, sama sekali tidak pernah memikirkan ataupun membayangkan hubungan homoseksual. 

Johan sendiri merupakan cerminan dari figur seorang pria sejati yang jantan. Wajahnya nampak tangguh dan maskulin berkat jambang dan kumis halus. Meskipun dia berkacamata, dia tetap nampak macho, jauh dari kesan kutu buku. Sehari-harinya, Johan suka mengenakan kaos oblong dan celana jeans ketat, sehingga bentuk tubuhnya yang jantan sering terekspos di balik pakaiannya. Aura kejantanan menyebar dari tubuhnya. 

Saat dia berjalan keluar, para wanita dan pria gay diam-diam meliriknya dan membayangkan tubuh telanjangnya. Johan juga sadar bahwa dirinya seksi dan jantan, maka terkadang sering mempergunakan daya tariknya untuk mencicipi wanita. Tapi tak pernah terpikirkan olehnya untuk mencoba tubuh lelaki ataupun mencoba untuk dilayani oleh lelaki, sampai dia bertemu kembali dengan Rudi. 

"Kamu nampak makin ganteng, Johan," kata Rudi, duduk di sampingnya. 

Dua sahabat itu sedang duduk berduaan di suatu sore di rumah Johan. Kebetulan sekali, rumah Johan sedang kosong. Jantung Rudi deg-degan saat kehangatan tubuh Johan menyentuh tubuhnya. Ingin sekali dia memeluk sahabatnya itu, tapi apa jadinya jika Johan keberatan dan ngamuk. Tapi hasrat yang tertimbun dalam diri Rudi sudah terlalu besar, sebentar lagi akan meledak bagaikan gunung berapi. 

"Badan kamu juga semakin keras saja. Kamu berolahraga?" Tangannya merajarela di atas tubuh Johan, merasakan lekuk tubuh seorang pria sejati. 
"Tidak juga. Tapi omong-omong, emang saya ganteng beneran?" tanya Johan, penasaran. 

Nada bicaranya setengah tertawa dan setengah serius. Sudah lama dia tidak bertemu Rudi, kangen sekali pada sahabatnya itu. Saat Rudi meletakkan tangannya di bahunya, Johan sama sekali tidak mencurigainya. 

"Benar, Johan. Kamu ganteng sekali. Aku.." Sesaat, Rudi terdiam, bingung harus berkata apa. Dia bingung apakah harus mengakui homoseksualitasnya pada Johan atau tidak. 
"Johan, aku suka kamu." Tanpa pikir panjang, Rudi membeberkan semuanya. 
"Aku suka kamu, Johan," ulangnya, matanya tertuju ke lantai. Tangannya ditarik mundur dari bahu Johan. 
"Apa katamu? Kamu suka saya?" Johan terpana, terkejut. 
"Kamu bercanda, kan?" tanyanya untuk memastikan. Tapi jawaban yang didapat Johan hanyalah gelengan kepala Rudi. 
"Tidak, Johan. Aku serius. Aku suka kamu. Aku ingin bercinta denganmu. Sudah lama saya menyukaimu tapi saya tidak berani mengatakannya. Aku tahu kamu heteroseksual, dan saya tidak akan memaksamu untuk menjadi homo seperti saya. Tapi kumohon, izinkan saya untuk melihat batang kejantananmu. Izinkan aku memegang kontolmu." Rudi memohon dengan memelas, bersimpuh di depan Johan. 

Johan tentu saja menjadi panik dan bingung. Dia adalah pria sejati, seorang pejantan. Pria sejati tidak akan melakukan hubungan homoseks. Johan sama sekali tidak tahu apa-apa tentang homoseksualitas. Tapi Rudi terus saja memohon dan memelas, nampak sangat putus asa. 

"Aku nggak tau harus gimana," jawab Johan, bingung. 
"Kumohon, biarkan saya melihatnya, menyentuhnya, menciumnya, dan mengulumnya. Kamu diam saja dan biarkan saya memberikan kamu kepuasan yang belum pernah kamu dapat dari cewek. Tolonglah, Johan," mohon Rudi, tangannya meremas-remas kemaluan Johan yang masih terbungkus celana jeans. 

Tak kuasa menolak permintaan temannya itu, Johan menyerah juga. Pelan-pelan, meski masih ragu, dia melepas jeans dan celana dalamnya sampai ke lutut. Kembali duduk, Johan melebarkan selangkangannya agar Rudi dapat leluasa mengagumi batang kontolnya. Batang itu memang masih lemas namun di ujung kepalanya masih terdapat sisa sperma akibat dari masturbasi pagi tadi. Rudi, bagai tersihir, hanya bisa memandangi kontol itu. Perlahan, Rudi mendekatinya dan menciumi kontol itu. Lidahnya mulai beraksi, menjilat-jilat permukaan kepala kontol Johan. 

"Aahh.. Hhoohh.." desah Johan keenakkan, badannya menggeliat sedikit. 

Melihat temannya menikmati servisnya, Rudi semakin bernafsu. Dengan sebelah tangan, Rudi mengocok-ngocok kontol Johan sampai batang itu mulai mengeras. Seperti trik sulap, batang kejantanan Johan mulai memelar dan memanjang. Rudi menahan air liurnya saat menyaksikan batang itu mengeras. Kepala kontol Johan yang bersunat itu mengkilat akibat sisa air liur Rudi. Batang itu berdenyut-denyut, hidup. Tanpa ragu, Rudi langsung memasukkan seluruh kontol itu ke dalam mulutnya. 

"Hhoohh.." desah Johan lagi. 

Kenikmatan mengalir di tubuhnya saat batang kontolnya menerima kehangatan. Ah, tiada yang lebih nikmat daripada dioral, selain menyodomi. Seperti mesin pompa, Rudi memompa kontol Johan. Naik-turun, naik-turun, terus-menerus dengan ritme tetap. Hisapan Rudi terasa sangat bertenaga akibat nafsu yang bergelora dalam dirinya. Tak pernah disangka bahwa akhirnya dia bisa juga mewujudkan impian terbesarnya, yakni menghisap kontol Johan! Kontol Rudi sendiri mulai bangkit, membesar dan mengeras. 

Sambil tetap menghisap kontol Johan, Rudi membebaskan kontolnya sendiri dari kungkungan celana panjangnya. Johan terpesona karena heran melihat kontol Rudi yang ngaceng. Baru kali ini dia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri seorang pria yang terangsang akibat menghisap kontol pria lain. Bersandar pada kursinya, Johan menutup matanya, terus mendesah-desah. Oh, kenikmatan ini sungguh tak terkatakan. Rudi memang seorang penghisap kontol yang hebat! 

Tubuh Johan mulai berkeringat. Dengan sekali tarik, kaos onblongnya terlepas. Rudi mendongak ke atas dan disuguhi dengan pemandangan yang menggetarkan kontolnya. Tubuh Johan yang hampir telanjang bulat itu berkilat dengan keringat. Dadanya yang padat nan berbulu halus mengembang mengempis, mengambil napas. Kedua puting kecoklatan menghiasi dadanya, semakin menambah rangsangan. Rudi berhenti menyedot kontol Johan dan langsung menggerayangi dada pria jantan itu. Seperti bayi, Rudi dengan haus menyedot-nyedot puting Johan. Sedotannya terasa kencang dan bertenaga sehingga Johan keblingsatan menahan nikmat. 

"Aahh.. Oohh.. Rud.. Enak banget.. Oohh.. Jilat putingku.. Oohh.. Aahh.." Lupa akan dirinya yang heteroseksual, Johan tenggelam dalam nafsu birahi antar sesama jenis. Dia menginginkan agar Rudi melayani nafsunya. Rudi terus-menerus berpesta di atas dada Johan. Seakan-akan tak pernah puas, pemuda itu menjilat, memeras, meraba bagian pectoral Johan. 

Terbakar birahi, Rudi segera melepaskan seluruh pakaiannya. Tanpa malu, Rudi memperlihatkan ketelanjangan tubuhnya di hadapan kawannya. Kontolnya masih ngaceng dan meliurkan precum. Dengan gaya yang menggoda namun maskulin, Rudi memamerkan lekuk-lekuk tubuhnya. Johan memang tidak terangsang dengan tubuh Rudi sebab dia bukan gay, namun dia terangsang saat mengingat betapa nikmatnya kuluman sahabatnya itu. Kontol Johan kembali berdenyut-denyut, ingin merasakan kenikmatan itu kembali. 

"Rudi, isep lagi donk," pinta Johan manja sambil menggoyang-goyangkan kontolnya. 

Dia tahu, Rudi pasti mau menghisap kontolnya lagi. Benar saja, Rudi tersenyum mesum dan senang. Pemuda itu langsung kembali berlutut dan membenamkan mulutnya di kontol Johan. Seperti serigala kelaparan, Rudi menghabisi kontol itu. Dengan rakus, batang itu dijilati, dikulum, dan dihisap. Seiring dengan hisapan Rudi yang menguat, erangan Johan pun mengeras. Pria macho itu menyerahkan kejantanannya agar bisa dimainkan oleh sahabtanya itu. 

"Hhoohh.. Rud.. Enak.. Oohh.. Hisap terus.. Aahh.. Ayo Rud.. Aakkhh.." Cairan precum mengalir terus dari lubang kencing Johan dan langsung dijilat habis oleh Rudi. 

SLURP! SLURP! Rudi terus mengulum kontol Johan. Pipinya terlihat menggembung-gembung, penuh dengan udara dan kontol Johan. Sebelah tanganya dipakai Rudi untuk mengocok kontolnya sendiri. Precumnya menetes-netes membasahi lantai. Semakin terbakar gairah dan nafsu, Johan menjambak rambut Rudi dan mengarahkannya untuk menghisap lebih dalam lagi. 

"Mmpphh!! Mmpp!!" Hanya itulah yang keluar dari mulut Rudi. 

Demi membuat temannya senang, Johan mengulurkan tangannya yang satu lagi untuk meraba-raba bahu Rudi. Tubuh Rudi memang biasa-biasa saja; tidak kurus dan tidak gemuk. Namun tubuhnya tetap nampak maskulin dan terasa nikmat jika dielus-elus. Elusan tangan Johan bergerak turun dan menemukan sepasang puting yang melenting keras. Tak ayal lagi, mereka dipermain-mainkan oleh Johan. 

"Mmpphh!! Mmpphh!!" Rudi menjadi keblingsatan karena putingnya sangat sensitif. Sedotannya terasa semakin keras, keras, dan.. 
"Oohh!! Rud! Mau keluar!" 

Secara refleks, Johan mencoba untuk menarik kontolnya keluar karena tak mau menyemburkan mnainya di dalam mulut Rudi. Baginya, hal itu terasa seperti merendahkan martabat sahabatnya itu. Namun Rudi nampak tak mau melepaskan kontol itu; dia terus saja menghisap dan menghisap. Dan Johan tak tahan lagi. Dia harus ngecret, sekarang juga!! Dengan bertenaga, pria itu mendorong kontolnya sedalam-dalamnya ke kerongkongan Rudi. Dan dengan itu, Johan meledak. 

"Aarrgghh!!" 

Air maninya menyembur deras, membanjiri kerongkongan Rudi yang haus akan sperma laki-laki jantan. Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Setiap tembakan pejuh, diiringi jeritan dan erangan nikmat dari mulut Johan ynag bergetar menahan nikmat. 

"Hhoohh!! Aarrgghh!! Uuggh!! Oohh!!" Kontol Johan masih saja menembakkan spermanya, lagi, lagi, dan lagi, sampai akhirnya berhenti sama sekali. 

Tubuh Johan tergolek lemas tak berdaya, letih sekali setelah mengalami orgasme yang luar biasa. Rudi nampak asyik menjilati sisa-sisa lelehan sperma di sekitar selangkangan Johan. 

"Pejuh kamu enak," puji Rudi seraya berdiri dan mempertontonkan batang kontolnya yang sudah basah dan licin dengan precum. Kepala kontolnya berkilat-kilat tertimpa cahaya. 
"Aahh.. Gantian saya yang mau ngecret.. Oohh.." 

Rudi menutup matanya sambil meresapi nikmatnya bermasturbasi. Sekujur tubuhnya yang berlapiskan keringat mulai bergetar hebat. Disertai erangan nikmat yang membahana, Rudi menumpahkan isi kontolnya tepat ke atas dada Johan. 

"Aarrgghh..!!" ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! 

Masih lemas, Johan membiarkan sahabatnya menyemprotkan spermanya ke atas dadanya. Bulu-bulu halus di dada Johan nampak basah dan lengket dengan keringat. Kini, mereka basah dan ternoda dengan cairan kental keputihan dari kontol Rudi. Sperma Rudi terasa panas mendidih saat cairan itu mendarat di atas permukaan kulit Johan. 

"Hhooh.." desah Rudi saat tetes pejuh yang terakhir menetes keluar dari lubang kontolnya. 

Buru-buru, Rudi berlutut kembali di depan Johan. Dengan rakus, Rudi menjilat-jilati tetesan pejuhnya sendiri. Johan tentu saja terperangah. Baru kali ini dia mneyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bahwa sahabat yang sangat dikasihinya itu ternyata suka sekali menelan air mani pria lain dan juga air maninya sendiri. Tapi asalkan Rudi bahagia, dia pun akan bahagia juga. Maka Johan membiarkan Rudi beraksi membersihkan dadanya dari cairan pejuh Rudi. SLURP! SLURP! Rudi sangat menikmati rasa pejuhnya, apalagi pejuhnya itu dijilat langsung dari kulit Johan. Ah, akhirnya impiannya terwujud.. 

***** 

Berbulan-bulan telah berlalu setelah kejadian itu. Johan masih ingat betul betapa nikmatnya servis yang diberikan Rudi padanya. Namun Rudi tak kunjung datang sejak hari itu. Kabarnya, dia telah kembali ke Bandung. Johan berusaha untuk menghubunginya namun tiada hasil. Rudi tak pernah mau menjawab HP-nya seakan ogah berbicara. Tentu saja Johan sedih sekali karena Rudi adalah sahabatnya sejak kecil. 

Johan merasa bahwa Rudi mungkin minder dan tidak enak hati dengannya setelah kejadian itu, tapi Johan tidak menyalahkannya dan juga tidak membencinya. Dia masih ingin berteman dengan Rudi. Dalam hatinya, Johan yakin bahwa suatu hari dia akan bertemu kembali dengan Rudi, sahabatnya itu. Semoga saja.. 

AKU DAN CIKGU ARSYAD

Kisah berlaku semasa aku berada di Tingkatan 2. Petang itu giliran aku untuk mengamaskan bengkel seni. Penat memang penat bila hanya aku seorang saja yang datang sedangkan dua orang kawanku sudah pun pulang sebaik loceng akhir berbunyi.
Sedang leka menyusun peralatan membuat tembikar, tiba-tiba muncul Cikgu Arsyad entah dari mana. Dia menyapaku membuatkan aku terkejut. Suaranya yang garau tu sudah tentu mendebarkan sesiapa yang mendengarnya.
Dengan senyuman dia mempelawa aku minum. Kebetulan aku pun sedang haus, jadi terus saja aku sedut tanpa banyak bicara. Cikgu Arsyad memang salah seorang guru yang kacak di sekolahku. Namun ketika itu, aku tak punya keinginan pun terhadap insan bernama lelaki.
"Dah lewat petang ni, awak tak nak balik, ke?" sapanya sambil menunjukkan jam di tangannya. Aku jadi mengelabah kerana terlupa yang aku sepatutnya sudah berada di dalam bas pada waktu-waktu sebegini.
"Kenapa? Ada yang tak kena, ke?" Sapanya apabila melihat aku kegelisahan. Aku hanya mengganguk.
"Saya dah ditinggal bas, cikgu" kataku serba tak kena.
"Tak apa, nanti saya hantarkan. Jom!" sapanya sambil mencuit lembut bahuku. Aku tergamam dan menuruti langkahnya keluar dari bengkel seni menuju ke bilik rehatnya.
Sebaik memasuki bilik rehatnya, Cikgu Arsyad menutup pintu dan meminta aku tunggu sebentar sementara dia masuk ke dalam sebuah bilik. Tidak lama, aku dengar namaku dipanggil dari dalam bilik tersebut. tanpa sebarang syak aku terus me bilik itu. Aku begitu terperanjat apabila aku dapati Cikgu Arsyad berdiri memerhatikan aku tanpa seurat benang. Aku memalingkan muka kerana aku masih terlalu budak ketika itu. Perasaan malu masih menebal...
Cikgu Arsyad menarik tanganku lembut. Anehnya, aku tidak pula melawan..atau menegah...apa lagi membantah. Dia dudukkan aku di atas sebuah kerusi yang tinggi. Dia merapatkan wajahnya betul-betul di hadapan wajahklu.
"Saya sukakan awak. Dah lama saya perhatikan awak" Aku terdiam dan terkaku apabila bibirnya menjamah bibirku. Tanpa bantahan, Cikgu Arsyad menghisap lidahku. Aku jadi kesedapan. Tak pernah aku rasakan kesedapan sebegini. Tanpa aku sedari, tanganku sudahpun memeluk guru kesayangan ramai ini.
Cikgu Arsyad menggesel-geselkan batang koneknya yang bagi aku sebagai seorang remaja cukup besar dan panjang di kakiku. Aku betul-betul terangsang. Dapat aku rasakan lelehan air mazinya di kakiku. Cikgu Arsyad menanggalkan pakaianku satu persatu. Aku merelakannya tanpa memikirkan apa yang bakal berlaku nanti.
Tubuhku dijamahinya dari atas ke bawah, dari depan ke belakang. Tanpa aku sedari, tanganku sudahpun menggenggam batang konek Cikgu Arsyad. Dia menggerak-gerakkan batang koneknya ke depan dan ke belakang. Aku tidak tahu itu yang dinamakan 'melancap'.
Cikgu Arsyad semakin berani meneroka lebih jauh setiap inci tubuh badanku. Aku seperti terkena renjatan elektrik apabila lidah Cikgu Arsyad menjilati lubang kecilku. Terangkat-angkat kaki aku menahan kesedapan. Aku mula mengerang. Dek kerana bimbang erangan aku didengari, Cikgu Arsyad menyumbat batang koneknya yang keras, besar, hangat dan panjang itu ke dalam mulutku. Aku betul-betul rasa nikmat yang tak terhingga.
Sedang aku menghayati batang konek Cikgu Arsyad aku dikejutkan dengan sesuatu yang licin masuk ke dalam lubang sempitku. Rupa-rupanya Cikgu Arsyad memasukkan jarinya ke dalam lubang sempit aku. Agak sakit pada mulanya, namun selepas beberapa kali keluar dan masuk, aku jadi kesedapan pula.
Seketika, Cikgu Arsyad berhanti lalu mengangkat kedua kakiku di atas bahunya. Aku dapat rasakan kepala batang koneknya disapu-sapu ke arah lubang sempitku. Dengan perlahan Cikgu Arsyad menekankan kepala batang koneknya ke dalam lubang sempitku. Agak perit sedikit dan aku seakan mahu menjerit namun mulut Cikgu Arsyad terlebih dahulu sampai ke mulutku. Mulutku dan mulutnya bersatu sementara batang koneknya rancak menekan masuk dan keluar dari lubang sempitku. Terasa nikmat pabila batang koneknya ditarik keluar dan aku membiarkan batang konek itu menikam sedalam-dalamnya kerana aku benar-benar terasa nikmat tujahan batang konek Cikgu Arsyad.
Tujahannya menjadi semakin deras sementara nafasnya juga tersekat-sekat sambil badannya bergegar hebat. Aku tidak mampu untuk menolak tujahan demi tujahan dan akhirnya satu henjutan kemas, kuat, padu dan padat mengisi lubang sempitku dan aku rasa itulah henjutan terhebat apabila aku sendiri tidak sedari yang aku telah memancutkan benih-benih nikmat ke serata badan Cikgu Arsyad.
Nafasnya yang tadi kencang kini kembali tenang. Cuma degupan jantungnya masih lagi laju. Cikgu Arsyad mengucupi dahiku beberapa kali. Dia enggan melepaskan aku apa lagi mencabut batang koneknya dari lubang sempitku. Aku kepenatan dan terlena dalam rangkulannya. Kami terlena seketika. Sedar-sedar, Cikgu Arsyad sudah berada di hadapan mukaku sengan senyuman yang begitu bermakna.
"Jom mandi, pasni saya hantar Deen balik" ajaknya dan aku hanya menurut. D bilik mandi, Cikgu Arsyad mengatakan dia  jatuh hati padaku sejak awal kemasukan aku di sekolah ini. Namun, katanya dia terpaksa berlagak sombong kerana bimbang kecelaruan nalurinya diketahui umum sehinggalah kesempatan itu datang di depan mata. Aku pula, memang aku sukakan wajahnya yang tampan dan tubuhnya yang tegap. Namun minat aku hanya sekadar minat dan tak terduga perkara seperti ini akan berlaku.
Sebelum turun dari keretanya, dia meminta aku supaya setia kepadanya. Aku jadi keliru namun aku tidak membantah. Hubungan kami berlarutan sehingga aku menduduki SPM. Selama empat tahun bersamanya, Cikgu Arsyad melayan aku sebagaimana pelajar lain semasa di sekolah namun apabila di atas katil, dia berikan segalanya untuk kepuasan kami bersama dan aku menyukainya.
Keputusan Pendidikan Seni aku sangat cemerlang hasil bantuan Cikgu Arsyad. Selepas SPM, Cikgu Arsyad mendirikan rumahtangga dan pesannya aku ingat sehingga kini. Katanya " Sayang ini tak akan mati selagi tuannya tak mati. Ia mungkin hilang di sini (sambil menunjukkan mata) tetapi tidak di sini (sambil menunjukkan hati)" Dan aku masih terus berhubungan dengannya sehingga kini dan usia tidak pernah menghalang seksualiti kami berdua.

Bukan cerita xpi pengalaman saya sendiri


bukan cerpen/novel..xpi lebih kpd diari...ceh wah.. 

Tema: Outdoor 

....hari nie (18/9/10) gi KL..jalan2...sambil tu cari port 

baru...lepak kat sogo, pertama kompleks, pasar 

seni, imbi...xpi xjumpa port baru...sedeh...so dah 

give up...jam 8.3pm terus gi solat isyak kt plaza jaya 

(imbi)...pas solat pi toilet kat tingkat dua 

tu.huh....mmg nak lancap seseorg2..xpi 

rezeki..huhu..mamat mlyu umo dlm lingkungan 26 

masuk dlm toilet tu.muka leh tahan.masa tu aku kat 

tmpt urinal...first dia senyum kat aku..so aku pon 

balas lah...dia senyum agi...ayik nie laen mcm 

je..kata dlm hati aku..huhu...pas tu aku gi kat tmpt 

sinki konon nak cuci tangan..mamat tu masuk dlm 

cubical...dan kenyit mata kat aku..huhu..apa 

agi...tgk kanan n kiri xde org terus masuk dlm cubial 

tu...first kami dah bogel sama2...btg dia beso 

gak..bersih dan cantek, kepala kote pon beso 

gak...geram aku tgk btg dia...huhu..xpi aku xnk 

pancut coz awl sgt nk pancut baru kul 8.30pm 

lebih..masa ade agi boleh lah cari laki 

laen..huh..lagi pon aku nak pancut seseorg...so 

tanpa membuang masa aku terus kolom btg mamat 

tu...mmg gersang giler r..huhu...masuk smpi kat 

tekak aku..mmg best...seluruh kote dia aku kerja 

kan..huhu...sampai dia pancut dlm mulut 

aku...wow...first kali aku rase air mani yg manis..xpi 

dia isap rokok...org kata mereka yg isap 

rokok...mani dia rase laen..xpi yg nie manis lah 

pulak..huhu...xpi xtelan lah beb..after kami ringan2 

masing2 terus belah..aku pi toilet satu lagi..kat tmpt 

yang sama..xpi toilet tu mmg xde org nak 

masuk..sunyi je..lau tgk dari tingkap leh nmpk 

parking lot kereta..sebelah bangunan tu...( sesiapa 

yang nak maen berat2 xpi xde port..tmpt nie paling 

sesuai dan tiada sebarang gangguan)...aku wat 

show btg cikit kat tepi tingkap tu...n terus naik 

monorel ke hang tuah..dan naik lrt ke plaza 

rakyat..pastu jalan2 kat ctu..makan2..dlm kul 

10.30pm aku pi Station KTM KL..beli tiket kat 

mesin..n terus masuk dlm toilet tepi tu...dan mcm 

biasa nak pancing org kena lah buka suar n 

lancap..biar org tu taw kita tgh lancap...so aku wat 

mcm tu kat cubical no dua dlm toilet tu...rezeki juga 

...dpt juga seseorg mamat mlyu..agak kacak..umo 

dlm 28 kot..xpi badan dia kecik dan comel.tinggi 

dlm lingkungan 167cm kot..huhu...sebenarnya dia 

nak pi cubical no 3...xpi dia dah perasan aku tgh 

lancap..so dia terus pacak kat ctu..n senyum..aku 

ajak dia masuk dlm cubical..n buka suar dan baju 

aku...maksudnya dan bogel penuh..huhu..dan dia 

kolom btg i..."lebih2 tu" aku xnk citer malu 

r..huhu..phm2 lah sendiri yerk..huhu..mmg best lah 

mamat tu...xpi aku xnk pancut gak..aku minta 

mamat tu lancap dpn i..dia lancap juga..aku rakam 

aksi tu xpi malangnya gelap sgt..coz xde lampu kat 

cubical tu...dan akhirnya dia pon pancut kat pintu 

tu..huhu...pemandangan yg sungguh menarik...pas 

tu mamat tu kuar...aku terus sambung aksi aku 

lancap kat cubical tanpa tutup pintu...guys ade 

benda yg berlaku..sgt kelakar....first time bagi 

aku...aku tgh lancap..tiba2 ade seorg mamat masuk 

dlm toilet..xpi dia masuk senyap2..so aku pon xlh 

dgr bunyi org masuk dlm toilet tu..own's dah smpi 

ke cubical 2 (cubical aku tgh lancap) dia terkejut n 

terus lari...dia ingat hantu kot...hahaha...aku mmg 

xleh tahan gelak..terus gelak 

ahahahaha.....siot...pastu aku pon dah nak klimaks n 

terus pancut kat lantai..kat luar cubical...dan 

bersihkan btg i n terus gi tmpt menunggu 

train..alhamdulillah kul 11.32pm train ke serembn 

dah smpi...hujan lak..sejuk giler dlm train tu...pas 

turun kat tmpt aku..pi beli air kotak (susu) byk2 n 

naik teksi dan menuju ke destinasi aku/..hujan lah 

bro....sejuk...so tu je lah kesah perjalanan saya 

pada hari ini...sok rancang agi nak kuar,..xpi tgk 

keadaan..huhu.. c u later.... :-) lau ade yg menarik 

nanti sy akn citer....

Edy Anak Ikan Idaman

Beberapa kali Edy mesej dan mendesak untuk berjumpa. Agak terburu, tetapi mesejnya tidak lah melucahkan dan hanya untuk berjumpa. Akhirnya petang itu, dia datang ke kampungku. Wajahnya biasa sahaja tetapi badannya memang antara selera aku. Aku membawanya balik ke rumah. Seperti biasa di waktu petang sebegitu, ayahku ke kandang lembu di belakang, manakala ibuku bertandang di rumah kakak-kakak ku.

Masa yang ada digunakan. Aku langsung mengajak Edy ke bilik tidurku. Dia seperti ‘kebengongan’ dari sampai tadi sehingga ke bilik. Seperti orang yang ketakutan dan pertama kali ‘beraksi’. Dia meminta aku menunjukkan pelirku dahulu sebelum dia mahu menunjukkan batangnya. Batangku yang sudah mencanak sejak dari tadi, dikeluarkan. Tangannya mengusap-usap sambil menyatakan besar akan batangku. Aku sudah tidak sabar. Aku meminta dia membuka seluarnya. Seluar dilondehkan bersama boxer yang dipakainya. Batangnya yang juga sedang mencanak, terus ku hisap. Dia kenikmatan dan meminta aku bersabar.

Aku memintanya berbogel manakala aku juga diminta berbuat demikian. Masing-masing berbogel dan aku langsung menggomol badannya yang memang memenuhi selera aku, tegap, pejal dan putting yang timbul. Aku menggomol habis putingnya beberapa kali, menjilat bahagian perutnya, kemudian mencium dan menjilat biji dan batangnya. Pelirnya yang berbulu lebat dipangkal ku cium dan jilat habis sehingga ke peha. Sewaktu menhisap dan menyonyot batangnya, Edi tidak tahan dan meminta aku berhenti beberapa kali. Manakala tangannya melancap-lancap batangku yang menegang. Di tanya sama ada dia hendak menghenjut aku, dia tidak mahu untuk beraksi demikian, tambahan ini merupakan kali pertama dia bermain dengan lelaki.

Sehinggalah sampai satu tahap, aku meminta untuk menelan maninya, dia membenarkan dan beberapa kali aku menghisap dan menyonyot batangnya, cairan pekat pun memancut keluar ke dalam mulutku. Cairan yang terasa pekat itu terus ku telan habis. Dalam aku keghairahan, aku meminta dia melancapkan batang aku yang masih menegang. Pancutan pekat yang sudah beberapa hari ku ‘peram’ memancut keluar dan membasahi perutku. Aku puas.

Dalam aku klimaks itu, abang ku pulang ke rumah dengan anak buah ku turut serta. Kami bersiap-siap memperkemaskan diri kami. Kemudian langsung aku memintanya pulang walaupun dia mahu bersembang seketika. Sebenarnya, budak ni banyak membengangkan aku, dari sampai lai dah buat-buat bodoh, takut-takut, sampailah duk banyak bertanya semasa kami di ranjang. Tapi kalau ikut naluri seks aku, dia ni antara calon yang aku minat. Katanya dia lepasan politeknik dan merupakan orang KL. Malam ni dia akan pulang ke sana. Tapi entah iye entah idak, atau mahu sekali je dengan aku. Aku tak berharap, tapi kalau dapat lagi dengan dia, nak la jugak. Tapi petang tu, memang aku buat dengannya.

Kehebatan ciuman dan kenikmatan lancapan

Dia walaupun seorang bottom, tetapi dia kelihatan macho dan kelakian. Bermisai dan bermuka jantan. Gelodak nafsu aku meninggi sewaktu melihat dia buat pertama kali. Aku membawa Togok ke lorong gelap ke kampungku.

Kereta di parkir di lorong gelap mengadap sebuah kawasan yang baru di tajak. Dalam keadaan yang duduk dikerusi itu, kami mulai dengan ciuman, ternyata ciuman dari mulut Togok yang besar dan tebal memang menikmatkan, Togok pandai berciuman. Dengan penuh nafsu, aku meminta Togok membuka seluarnya, batang pelirnya dikeluarkan, bersaiz sepertiku, tetapi aku puas kerana aku dapat menghisap batang lelaki macho seperti Togok. Aku seperti biasa, mencium dan menjilat disekeliling batangnya sebelum menghisap biji dan batang pelirnya. Togok mengerang dengan kenikmatan. Aku berterusan menghisap dan menggomol batang Togok. Hisapan dan sorongan keluar masuk batangnya ke dalam mulut aku menambahkan kenikmatan aku menghisap dan Togok yang merasa.

Tangan Togok bermain-main di pelirku yang masih menyorok di dalam seluar. Aku meminta Togok menghisap. Setelah pelir aku dikeluarkan, Togok menghisap lembut dengan bibirnya yang bermisai itu. Aku puas, dek kerana liurnya yang pekat membasahi kawasan pelir ku, Togok melancapi aku dan seketika kemudian aku mencapai kenikmatan dengan keluarnya air mani berhamburan memancut ke perutku...aku puas. Setelah Togok membersihkan perut aku, tiba masanya pula aku memuaskan Togok. Aku berterusan menghisap batang Togok disertai dengan lancapan oleh tangan Togok di batangnya. Dalam lima minit, berhamburanlah keluar air mani ke dalam mulut aku, pekat dan likat. Aku meludah keluar. Aku puas dan Togok puas. Kami meninggalkan lorong gelap tersebut dan pulang ke rumah masing-masing dalam jam 12. ternyata aku puas dengan Togok. Kalau la ada tempat, memang aku menggomol keseluruhan badannya. Aku puas Togok...
Malamnya jam 845pm, aku membawa si Togok ke rumah. Kali kedua aku berjumpa dengannya, dan kali ini barulah aku tahu ketinggiannya. Macho beb. Sebelum acara bermula, aku memasang cd blu di PC ku, sambil kami bersembang dan kadang kala bercium mesra. Togok memang rakus dan aku menikmati setiap ciuman dia yang penuh menikmatkan itu . Setengah jam kemudian, gelodak nafsu sudah tidak tertahan lagi. Aku membawa Togok ke bilik sebelah yang berkatil. Ciuman menjadi perangsang permulaan. Kemudian masing-masing menanggalkan seluar baju sementara Togok masih mengenakan seluar dalamnya. Togok baring, dan aku yang berada di atasnya mendakap tubuh pejalnya, berciuman mulut sementara Togok rakus menjilat telinga aku, pipi dan leherku. Aku kenikmatan. Aku membiarkan Togok memperlakukan kehendak nafsunya. Aku memulakan langkah. Jilatan lidah bermain di lehernya, kemudian turun ke putingnya, aku menghisap dan menjilat, Togok kenikmatan setiap kali lidah aku menjilat dan mengigit putingnya. Jilatan lidahku terus bermain di bahagian perutnya kemudian masanya seluar dalam yang dipakainya ku tarik keluar. Batangnya mencanak, menunggu untuk dihisap. Mukaku sudah dihadap pada bahagian pelirnya. Ku cium bau pelirnya dan menjilat di bahagian kelangkangnya, biji pelirnya, batang dan kemudiannya batang pelirnya ku hisap dalam-dalam. Togok ‘menggeletik’ kenikmatan tatkala lidahku dan bibirku bermain-main di biji pelirnya.

Aksi beralih kembali kepada layanan si Togok. Jilatan lidahnya yang tebal dan besar itu kembali ke kulit-kulit badanku. Bermula dari ciuman mulut, sehinggalah kepada hisapan di putingku dan bahagian ketiak. Aku kenikmatan walaupun geli tatkala Togok menjilat ketiak aku beberapa kali. Aku ‘keawangan’.  Dari bahagian dadaku, jilatan Togok beralih ke perut aku sehinggalah lidahnya itu bermain di bahagian biji pelirku kemudian Togok menghisap lembut batangku. Aku kenikmatan dan meminta Togok tidak berbuat demikian lagi dek kerana tidak mahu memancut awal. Aku membisikkan di telinga Togok untuk menghenjut aku. Posisi beralih, aku berada dibawahnya sementara Togok berada di atas badanku. Liur sebagai pelincir kami. Setelah bersedia, aku mendorong batang Togok masuk ke dalam juburku. Biasanya, aku akan terasa pedih buat permulaan kemasukan batang. Togok menenangkan aku, dia mencium lembut bibirku. Setelah kepedihan hilang, aku memandu kembali batang togok memasukkan buat kali kedua. Kali ini batang Togok memberi keselesaan semasa berada di dalam juburku. Henjutan perlahan-lahan oleh Togok merangsang batang aku. Pada masa yang sama juga, kami berciuman mulut dalam Togok melakukan henjutan itu. Ahh, aku tidak tahan dengan kenikmatan henjutan si Togok. Akhirnya aku tewas dahulu dalam pertarungan itu. Maafkan aku Togok. Henjutan Togok mula laju dan laju sehinggalah dia mendengus apabila batangnya juga menghamburkan air nikmat ke dalam juburku.  Kami kepenatan dan seketika kami berdakapan sebelum batangnya yang ‘tertanam’ dikeluarkan.

Kami berbaringan seketika. Menyembang dan mendengar cerita masing-masing. Dan semestinya dia mempunyai ramai kenalan disebabkan wajahnya yang macho tegap dan jantan. Itu kisahnya dan bagi aku, aku juga berpuas kerana dapat juga bersamanya. Jam 11, dia pulang, dan terima kasih padanya di atas kesudian bersama ku pada malam itu.

Pengikut Setia

 
Koleksi Cerita Gay Melayu © 2012 | Template By Jasriman Sukri